tantangan untuk semua periset, inovator kita termasuk yang tergabung di BRIN ini untuk mempercepat upaya-upaya mengadopsi teknologi-teknologi tinggi yang kemudian bisa nanti diterapkan
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Rachmatarwata mengatakan periset dan inovator di tanah air dapat berupaya mempercepat adopsi teknologi tinggi untuk mendukung percepatan hilirisasi sumber daya alam (SDA).

"Ini adalah tantangan untuk semua periset, inovator kita termasuk yang tergabung di BRIN ini untuk mempercepat upaya-upaya mengadopsi teknologi-teknologi tinggi yang kemudian bisa nanti diterapkan, dipakai di berbagai industri kita termasuk industri yang menggawangi hilirisasi sumber daya alam ini," kata Isa di Jakarta, Kamis.

Dalam Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi (Pareto) bertema The Downstream Industrialization of Natural Resources itu, Isa menuturkan pengembangan hilirisasi SDA saat ini masih bergantung pada barang modal dari luar negeri yang umumnya berharga mahal dan bernilai tinggi sehingga sering muncul keraguan untuk berinvestasi.

Padahal menurut dia, agar bisa memanfaatkan atau menerapkan hilirisasi sumber daya alam, memang diperlukan investasi yang tidak sedikit.

Namun, lanjut dia, akan menjadi satu kondisi yang menggembirakan apabila di dalam negeri, kebutuhan barang modal atau penerapan teknologi dapat digawangi oleh orang-orang Indonesia, yakni periset dan inovator di Tanah Air sehingga mengurangi ketergantungan importasi barang modal.

"Tanpa penelitian yang memadai tentu akan sulit kita berinvestasi selanjutnya di bidang industri ini dan termasuk di hilirisasi sumber daya alam. Di sinilah peran penting penelitian dan pengembangan yang dimotori oleh BRIN yang kami rasakan mutlak untuk terus didorong, ditingkatkan dan diperkuat," tuturnya.

Untuk itu, peneliti dan periset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) perlu mendapat peran yang semakin sentral supaya dapat mengakselerasi pemanfaatan teknologi dalam mendorong hilirisasi sumber daya alam.

Isa berharap peneliti dapat berkontribusi semakin signifikan dalam mengembangkan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan nilai tambah dalam proses hilirisasi sumber daya alam termasuk di bidang pemrosesan, produksi dan rekayasa material.

Ilmuwan juga diharapkan mampu mengidentifikasi cara-cara baru, mengoptimalkan proses produksi dan energi, mengurangi limbah, meningkatkan kualitas produk, mengurangi importasi bahan baku, mengembangkan teknik yang ramah lingkungan, serta memastikan penggunaan teknologi tidak merugikan lingkungan dan masyarakat.

Selain itu, peneliti, periset dan inovator juga bisa berperan memberikan advokasi untuk perubahan kebijakan yang mendukung pemanfaatan teknologi untuk hilirisasi sumber daya alam.

"Kita berharap ada semakin banyak bukti-bukti ilmiah, argumen-argumen ilmiah yang mendukung perubahan kebijakan yang akan memfasilitasi investasi dan adopsi teknologi di sektor hilirisasi sumber daya alam ini," ujarnya.

Dengan peran yang proaktif, peneliti, periset, dan inovator dapat meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam mendukung hilirisasi sumber daya alam guna mewujudkan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembangunan industri yang berkelanjutan dan berdaya saing.

"Kita mengharapkan kontribusi yang semakin besar dari para peneliti, periset dan inovator untuk juga di dalam hal edukasi, menyebarkan informasi mengenai teknologi dan inovasi yang perlu kita adopsi, kita gunakan di dalam berbagai upaya melakukan hilirisasi sumber daya alam ini," tuturnya.


Baca juga: BRIN luncurkan skema pendanaan riset dan inovasi IRIF
Baca juga: Periset BRIN ungkap cara mengenai cuaca ekstrem melalui awan
Baca juga: Riset: Kenaikan suku bunga BI belum pengaruhi tren permintaan properti

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023