Jakarta (ANTARA) -
Pakar gizi klinik yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia dr Yohan Samudra, Sp.GK tidak melarang orang-orang menyantap hidangan yang digoreng asalkan tahu memilih minyak yang lebih sehat.

"Selama saya jadi dokter gizi pun tidak pernah melarang orang makan gorengan. Yang penting kita tahu caranya, pilihan minyaknya seperti apa, dan juga kuantitasnya," ujar dia dalam konferensi pers peluncuran Sania Royale Rice Bran Oil di Jakarta, Kamis.

Yohan mengatakan minyak yang lebih sehat untuk menggoreng yakni memiliki titik didih tinggi, atau saat dipanaskan minyak ini lebih tahan panas dan tidak mudah mengeluarkan asap.

Selain itu, carilah minyak yang lebih stabil atau tidak mudah rusak karena meningkatkan radikal bebas atau oksidan.

Baca juga: Dokter : gorengan bukan tidak boleh sama sekali tapi diminimalisir

"Sehingga bagus kalau pilih minyak yang ada antioksidannya sekalian untuk menetralisir pemanasan minyak yang kita lakukan. Antioksidan juga untuk kesehatan jantung," ujar Yohan.

Dia menuturkan minyak bekatul atau rice bran oil bisa menjadi pilihan untuk menggoreng. Bekatul merupakan kulit ari beras merah yang dikatakan tinggi serat, vitamin, mineral serta mengandung antioksidan atau antiradikal bebas.

"Antioksidan di rice bran oil itu gama Oryzanol. Penelitian menunjukkan antioksidan dari alfa Tocopherol atau vitamin E pada palm oil menurun signifikan dibandingkan rice bran oil. Gama oryzanol yang melindungi vitamin E supaya tidak cepat turun kadarnya," jelas Yohan.

Kemudian, titik didih minyak bekatul diketahui melebihi minyak lain sehingga saat digunakan untuk menggoreng tidak ada asap dan membuat renyah hidangan.

Berbicara lebih lanjut tentang makanan yang digoreng, Yohan mengatakan kerap memasukkannya sebagai lauk saat makan utama khususnya ketika bosan dengan hidangan yang dikukus atau cara memasak lainnya.

Baca juga: Ingin makan gorengan? ini tips dari dokter

Dia juga memasukkan gorengan sebagai camilan. Namun, dia memastikan ada zat gizi lain di dalamnya, misalnya protein dengan menambahkan udang.

"Misal tempura, pakai tepung, tepung itu sumber karbohidrat, di dalamnya ada udang itu sumber protein, kemudian digoreng pakai minyak maka sumber lemaknya ada. Jadi seimbang ada karbohidrat, protein dan lemak," kata dia.

Dia mengingatkan lemak dan minyak dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel, mengganti sel dan membentuk hormon sehingga jumlahnya harus seimbang seperti halnya nutrisi lain seperti protein, karbohidrat, vitamin dan mineral.

"Jadi, kalau terlalu sedikit atau takut dengan lemak itu tidak sehat. Jadi harus seimbang semua. Kalau makan makanan utama lihat piringnya ada sayur, protein hewani, nabati, juga karbohidrat tentunya karbohidrat kompleks semisal beras merah karena bekatulnya," demikian kata Yohan.

Terkait jumlah, khusus untuk lemak (minyak) Kementerian Kesehatan merekomendasikan konsumsi lemak 20-25 persen dari total energi (702 kkal) per orang per hari atau 5 sendok makan per orang per hari atau 67 gram per orang per hari.

Baca juga: Suka makan gorengan berlebih saat buka puasa? ini efeknya untuk kulit

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023