salah satunya dengan kembali menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah
Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyosialisasikan tiga cara untuk mencegah masuknya bakteri mycoplasma yang bisa menyebabkan radang paru (pneumonia) pada anak di Jakarta.
 
"Salah satunya dengan kembali menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
 
Kedua, melakukan imunisasi rutin lengkap pada anak. Serta yang ketiga, jika sudah terlanjur sakit maka pengobatan dapat menggunakan antibiotik  yang diberikan secara bijak.
Baca juga: Vaksinasi dan jaga jarak cegah mycoplasma pneumonia pada anak
Terkait imunisasi, Ngabila menyebut total ada 15 imunisasi gratis yang disediakan oleh pemerintah serta vaksin influenza berbayar mandiri untuk usia enam bulan ke atas terutama kelompok rentan yakni balita, lansia, ibu menyusui, ibu hamil, dan tenaga kesehatan.

Untuk antibiotik, Ngabila meminta agar masyarakat memperhatikan antibiotik yang dikonsumsi atas resep dokter, karena bakteri ini juga rentan terhadap orang dengan resistensi antibiotik yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
 
Selain itu, untuk mencegah keparahan penyakit radang paru, Ngabila menyarankan masyarakat perlu melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat sehingga apabila terdeteksi terkena penyakit ini bisa segera dilakukan pengobatan.
 
"Jika ada indikasi pemeriksaan jenis kuman oleh dokter akan dilakukan PCR multipleks untuk mendeteksi beberapa jenis virus dan bakteri termasuk mycoplasma agar terapi lebih spesifik sesuai jenis kuman penyebab," ujar Ngabila.
Lebih lanjut, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau warga untuk tetap waspada dan tidak panik terhadap pneumonia bakteri mycoplasma. Bakteri penyebab infeksi saluran napas yang cukup sering ditemukan sejak lama ini bukan sesuatu yang baru.
 
Penularan pneumonia ini umumnya melalui percikan dahak dan batuk (droplet) atau bisa juga kontak jarak yang cukup erat dan lama.

Ngabila mengungkapkan masa inkubasi atau dari terpapar bakteri sampai muncul gejala pertama kali berkisar 1-4 minggu, paling sering 2-3 minggu.
 
"Dari muncul gejala pertama sampai bisa berpotensi sesak napas atau memburuk sekitar 3-7 hari," ungkap Ngabila.
 
Ngabila mengimbau kepada orang tua jika anak mengalami sakit dan sudah diobati sendiri tapi tidak membaik dalam kurun waktu 2-3 hari, sebaiknya dibawa ke dokter dan fasilitas kesehatan untuk mendapat pengobatan lebih baik.
 
Adapun gejala pneumonia, kata Ngabila bisa ringan dan sembuh sendiri, kecuali imunitas tubuh sedang rendah. Gejala yang muncul yakni demam cenderung tidak tinggi, kecuali infeksi campuran (mix infection) dengan virus dapat dijumpai demam tinggi di atas 40 derajat, lalu batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah, sesak napas, mudah lelah, dan sakit kepala.
 
"Komplikasi yang tidak diharapkan radang pada otak, jantung, sendi, ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal dan lain lain," ujar Ngabila.
 
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus memantau dan meningkatkan sistem pelaporan individu setiap waktu (real time) untuk mengantisipasi kasus infeksi saluran pernafasan akut  (ISPA) dan pneumonia pada anak dan orang dewasa di Jakarta
 
"Pemantauan tersebut dilakukan di seluruh puskesmas dan 194 rumah sakit untuk memantau kondisi dan mendeteksi penyakit-penyakit baru dengan pemeriksaan laboratorium," kata Ngabila di Jakarta, Minggu (3/12).
 
Pemantauan tersebut dilakukan dengan melakukan pemeriksaan PCR atau panel virus untuk mengetahui apakah seseorang terkena virus karena kondisi imunitas yang buruk dalam menghadapi peralihan musim dari musim kemarau ke hujan.
Baca juga: Dinkes DKI ingatkan potensi DBD menjelang puncak musim hujan

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023