Desa Pulau Sewangi kini seperti magnet karena banyak dikunjungi orang luar, bahkan dari mancanegara.
Banjarmasin (ANTARA) -
Julukan "Kampung Seribu Jukung" layak disematkan pada Desa Pulau Sewangi di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Karena, dari tangan-tangan pengrajin di desa ini telah dihasilkan ribuan sampan. 
 
Begitu memasuki kampung ini, Sewangi langsung terlihat sebagai kampung produsen sampan.

Desa ini sebenarnya lebih dekat dengan Kota Banjarmasin daripada ke Ibu Kota Barito Kuala, Marabahan. Desa Pulau Sewangi hanya berbatasan dengan anak Sungai Barito dan wilayah Alalak Tengah yang masuk kawasan Kota Banjarmasin di bagian utara.

Untuk menuju Desa Pulau Sewangi, dari Kota Banjarmasin bisa ditempuh dengan dua jalur. Pertama lewat darat dari Jembatan Alalak atau perbatasan Banjarmasin dan Barito Kuala, dengan waktu tidak sampai 30 menit dari pusat Kota Banjarmasin.

Satunya lagi lewat jalur kapal penyeberangan dari wilayah Alalak Tengah, hanya sekitar 5 menit menyeberangi, tarifnya pun hanya Rp2.000 sekali jalan.

Namun kapal penyeberangan ini hanya bisa dimuati kendaraan roda dua. Ketika sampai di Desa Pulau Sewangi, jalan utama desa baru bisa dilalui mobil satu arah, tidak bisa berpapasan.

Menelusuri Desa Pulau Sewangi pun harus pelan karena jarak rumah warga dengan jalan cor beton itu berdekatan sehingga harus hati-hati berkendara. Khawatir ada warga yang langsung menyeberang hingga bisa tertabrak.

Warga Desa Pulau Sewangi terbilang ramah. Ketika senggang, mereka biasa duduk-duduk di pelataran rumah, bercengkerama dengan sesamanya. Mereka mudah menebar senyum dan bertegur sapa termasuk dengan orang yang baru dikenalnya.

Kebanyakan rumah di Desa Pulau Sewangi berkonstruksi kayu dan rumah panggung sederhana, menyesuaikan dengan kondisi lahan yang berdekatan dengan sungai.

Meski demikian, warga setempat tidak lagi merasa asing dengan pendatang maupun wisatawan. Sebab, Sewangi tergolong desa istimewa karena menjadi sentra pembuatan perahu tradisional Banjar.

Pembuatan perahu tradisional di desa tersebut sudah berjalan lama. Ribuan perahu atau jukung (sampan) sudah dihasilkan sehingga desa ini dikenal juga sebagai "Kampung Seribu Jukung".

Desa Pulau Sewangi kini seperti magnet karena banyak dikunjungi orang luar, bahkan dari mancanegara. Keunikan itu pula yang menjadikan desa itu bersiap menjadi daerah tujuan wisata.
 
Pembuatan perahu tradisional Banjar di Desa Pulau Sewangi, Kabupaten Banjar sebagai salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional. ANTARA/Bayu Pratama

Mata pencaharian

Memasuki Desa Pulau Sewangi langsung disuguhi pemandangan tempat pembuatan perahu tradisional atau disebut galangan pembuatan perahu.

Lebih ke dalam lagi makin banyak ditemui perahu atau sampan yang sudah jadi atau dalam proses pembuatan dengan berbagai bentuk dan besarannya.

Semua perahu berbahan baku kayu hutan dan dikerjakan secara manual oleh pengrajin.

Menurut Kepala Desa Pulau Sewangi Syarifah Saufiah, hampir 70 persen pekerja bermata pencaharian pembuatan perahu. Alur usaha tersebut ada pengrajin, pengusaha, dan pemilik galangan. Di desa ini ada sekitar 900 kepala keluarga dengan total penduduk sekitar 3.000 jiwa.

Sebagai daerah kepulauan yang tidak memiliki banyak daratan, hanya sedikit warga yang memiliki lahan pertanian ataupun perkebunan. Perputaran uang atau perekonomian desa memang lebih banyak digerakkan oleh kerajinan membuat perahu tradisional.

Desa Pulau Sewangi sudah menghasilkan ribuan sampan maupun perahu. Keahlian membuat alat transportasi air ini diwarisi turun-temurun. Membuat kapal secara tradisional ini sudah eksis lebih dari 1 abad.

Adapun kayu untuk pembuatan jukung kebanyakan berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah. Produk perahu dari desa itu sudah menyebar hingga luar daerah, kualitasnya pun tidak diragukan lagi.
 

 Jadi objek wisata

Pembuatan perahu tradisional Banjar di Desa Pulau Sewangi kini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Banyak yang berkunjung ke desa ini hanya untuk melihat langsung proses pembuatannya.

Begitu pula wisatawan mancanegara. Mereka datang juga untuk melihat kearifan lokal dalam membuat sampan.

Banjar itu kini ditetapkan menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang ditetapkan sejak 2018.

Sebagai bagian sejarah Geopark Taman Bumi Nasional, hal itu banyak menjadi perhatian masyarakat luas hingga dunia. Apalagi juga diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).

Berkah menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional dirasakan Desa Pulau Sewangi baik secara ekonomi dan pembangunan.

Pemprov Kalsel memberi perhatian khusus dengan membangunkan dermaga yang representatif.

Dermaga itu sebagai fasilitas penunjang pariwisata, selain untuk kebutuhan warga setempat.

Selain itu, masyarakat Desa Pulau Sewangi juga mulai memanfaatkan kedatangan wisatawan tersebut dengan usaha ekonomi kreatif.

Bekas-bekas limbah kayu dari pembuatan perahu tersebut, misalnya, disulap menjadi kerajinan souvenir perahu mini, kalung, gantungan kunci, dan lainnya. Jadi, wisatawan mendapatkan cinderamata khas desa tersebut.

Sebagai desa yang sudah menjadi perhatian masyarakat luas, Desa Pulau Sewangi kini juga berbenah di bidang sumber daya manusia, agar segera siap menyongsong sebagai daerah pariwisata nasional.

Selain itu, Desa Pulau Sewangi juga sudah mendapatkan pengakuan sebagai desa ramah perempuan dan peduli anak tingkat nasional.

Desa ini juga meraih penghargaan sebagai Desa Bersinar atau bersih dari narkotika dari BNN. Desa ini juga mewakili Kabupaten Barito Kuala untuk tingkat provinsi pada penilaian sebagai desa kualitas peningkatan keluarga.
 
Pembuatan perahu tradisional Banjar di Desa Pulau Sewangi, Kabupaten Banjar sebagai salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional. ANTARA/HO-Ist
 
Pembuatan perahu tradisional Banjar di Desa Pulau Sewangi, Kabupaten Banjar sebagai salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional. ANTARA/HO-Ist
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023