Ide kota layak huni menempatkan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dalam pusat pembangunan perkotaan dan pengambilan keputusan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono mendapat gelar Profesor Kehormatan (Honoris Causa) Bidang Keahlian Kota Layak Huni dan Berkelanjutan dari Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, Jawa Tengah.

Dari siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyebut bahwa pemberian gelar Honoris Causa kepada Bambang Susantono dilakukan oleh Rektor Universitas Diponegoro Prof. Dr. Yos Johan Utama.

Penganugerahan gelar Honoris Causa diberikan karena Bambang Susantono memiliki kompetensi dan prestasi yang luar biasa di bidang keahlian kota layak huni dan berkelanjutan.

Dalam pidato ilmiah-nya, Bambang Susantono menyerukan bahwa konsep kota yang berkelanjutan untuk mewujudkan kota yang layak huni merupakan salah satu strategi yang tepat bagi pengembangan kota di Asia.

Menurut dia, kelayakan huni dapat didefinisikan secara umum sebagai kualitas hidup dan kesejahteraan yang didukung oleh sistem pemerintahan yang kuat, akses yang adil ke layanan perkotaan yang efisien, dan infrastruktur berkualitas.

"Ide kota layak huni menempatkan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dalam pusat pembangunan perkotaan dan pengambilan keputusan," kata Bambang Susantono.

Bambang Susantono menjelaskan bahwa masa depan Asia adalah perkotaan. Kota-kota di Asia berkembang pesat karena dorongan peluang ekonomi dan sosial.

Namun, pertumbuhan kota yang pesat tersebut juga menimbulkan tantangan dan permasalahan, seperti peningkatan kesenjangan ekonomi, berkurangnya kohesi sosial, degradasi lingkungan, serta meningkatnya risiko bencana.

Bambang menawarkan pemikiran tentang kota masa depan yang layak huni dan berkelanjutan.

Baca juga: Kepala OIKN usung pendekatan 5D untuk pengembangan kota masa depan 

Baca juga: Kepala Otorita IKN: Pandemi ungkap tantangan penting perkotaan Asia

"Saya menawarkan 'Pendekatan 5D' yang dapat dipertimbangkan untuk menelaah ulang kondisi perkotaan," tutur Bambang.

Pendekatan 5D, yakni Design, Density, Diversity, Digitalization, dan Decarbonization. Pertama, desain spasial perlu ditinjau ulang agar lebih terdesentralisasi dan lebih mampu mengatasi berbagai guncangan, termasuk ekonomi, finansial, kesehatan, dan perubahan iklim.

Kedua, pengalaman saat pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa kepadatan dapat membawa kerugian sekaligus keuntungan.

Ketiga, terkait keragaman, pandemi menyadarkan pentingnya kemudahan akses ke layanan dasar bagi seluruh warga kota tanpa terkecuali, termasuk pekerja informal dan kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, lansia, dan anak-anak.

Keempat, kehidupan digital adalah keniscayaan sebagai bentuk the new normal.

Bambang menekankan terkait isu dekarbonisasi. Perubahan iklim dan berbagai permasalahan yang diakibatkan-nya telah dan akan sangat mewarnai pembangunan dan pengelolaan kota.

Untuk itu, kehidupan perkotaan yang rendah karbon menjadi sangat penting dalam manajemen pembangunan kota.

Terakhir, Bambang menegaskan bahwa konsep kelayakan huni adalah landasan yang tepat bagi pengembangan kota di Asia.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023