Beijing (ANTARA) - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebagian besar bagian Tembok Besar China, yang termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, dilindungi oleh sebuah ekosistem biologis yang ditemukan di permukaan benteng kuno tersebut.

Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Sabtu (9/12) di jurnal Science Advances, kerak tanah biologis atau biocrust, yang terdiri atas bakteri fotosintesis, lumut, dan lumut kerak tersebut, membantu meningkatkan stabilitas struktur purba itu serta menangkis erosi yang disebabkan oleh hujan dan angin.

Tembok Besar China terdiri atas banyak tembok yang saling terhubung. Beberapa di antaranya telah berdiri sejak 2.000 tahun yang lalu.

Seksi-seksi yang sudah ada memiliki panjang total lebih dari 21.000 kilometer. Bagian-bagian yang paling terlihat di tembok tersebut dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644).

Banyak seksi dari tembok tersebut, terutama yang berada di wilayah lebih gersang, dibangun dengan tanah yang dipadatkan, seperti tanah dan kerikil yang dipadatkan menjadi formulasi tanah keras.

Beberapa pakar konservasi warisan budaya sebelumnya menduga bahwa vegetasi alami dapat mempercepat proses pelapukan. Namun, temuan dari studi baru kali ini memberikan kesimpulan yang berbeda.

Tim peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China dan Universitas Pertanian China meneliti stabilitas struktural dan erodibilitas sampel yang diambil dari delapan seksi Tembok Besar era Dinasti Ming yang terbuat dari tanah dipadatkan.

Mereka menemukan bahwa biocrust menyelimuti 67 persen dari seksi yang diteliti.

Selain itu, cyanobacteria, sekelompok bakteri yang mengandung pigmen fotosintesis biru, mendominasi biocrust di seksi yang terletak di wilayah gersang; sedangkan lumut pottiaceae tumbuh subur di daerah beriklim semikering yang lebih basah.

Secara keseluruhan, biocrust, terutama yang didominasi oleh lumut, meningkatkan kekuatan mekanis dinding dan stabilitas tanah sebesar 37 persen hingga 178 persen dibandingkan dinding dari tanah yang dimampatkan yang tidak memiliki biocrust, kata Xiao Bo, peneliti dalam studi tersebut.

Menurut studi itu, biocrust juga berfungsi untuk secara signifikan menahan efek angin, hujan, dan fluktuasi suhu.

"Biocrust berfungsi sebagai stabilisator, lapisan yang dikorbankan (sacrificial layer), dan atap drainase; menggabungkan fungsi perlindungan dari sejumlah langkah konvensional menjadi satu pendekatan yang ramah lingkungan," ujar Xiao.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023