Makassar (ANTARA) - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mencatat kinerja industri jasa keuangan Sulsel bertumbuh positif pada periode Oktober 2023, karena ditopang fungsi intermediasi yang tinggi dan tingkat risiko yang terkendali.

"Kondisi itu dapat dilihat dari perkembangan sektor perbankan yang terus bertumbuh positif dari pantauan Kantor OJK Provinsi Sulselbar bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Sulsebar serta seluruh pemangku kepentingan yang terus melakukan berbagai program peningkatan literasi dan inklusi keuangan untuk mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata Kepala Perwakilan OJK Provinsi Sulselbar Darwisman di Makassar, Minggu.

Sebagai gambaran, total aset perbankan di Sulsel posisi Oktober 2023 tumbuh 9,55 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp187,6 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,11 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp125,15 triliun, dan kredit yang disalurkan tercatat tumbuh 12,18 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp153,98 triliun.

Sementara kinerja intermediasi perbankan Sulsel juga terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 122,27 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah terkendali pada level aman dengan NPL 2,91 persen.

Aset perbankan syariah double digit 12,67 persen yoy menjadi Rp13,3 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh sangat tinggi 17,71 persen yoy menjadi Rp9,3 triliun, dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh double digit tumbuh 13,13 persen yoy menjadi Rp11,31 triliun.

Tingkat intermediasi aset perbankan di Sulsel pada posisi Oktober 2023 juga tumbuh 9,55 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp187,6 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,11 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp125,15 triliun, dan kredit yang disalurkan tercatat tumbuh 12,18 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp153,98 triliun.

Menurut Darwisman, kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 122,27 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah terkendali pada level aman dengan NPL 2,91 persen.

Sedang aset perbankan syariah double digit 12,67 persen (yoy) menjadi Rp13,3 triliun, dengan penghimpunan DPK yang tumbuh sangat tinggi 17,71 persen (yoy) menjadi Rp9,3 triliun, dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh double digit tumbuh 13,13 persen (yoy) menjadi Rp11,31 triliun.

Khusus tingkat intermediasi Perbankan Syariah juga berada pada level tinggi 121,62 persen dengan tingkat NPL pada level aman 2,89 persen.

Adapun jumlah rekening investasi sampai dengan Oktober 2023 mencapai 402.878 rekening dengan porsi terbesar pada produk reksadana sebanyak 289.684 rekening, saham 98.318 rekening, dan SBN 14.876 rekening. Sedang nilai transaksi saham di Sulsel sampai dengan Oktober 2023 sebesar Rp15,08 triliun.

Perkembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Sulsel pada posisi September 2023 juga menunjukkan kinerja positif. Kinerja dana pensiun tergolong sangat baik dengan total aset yang tumbuh 11,69 persen (yoy) dengan nilai Rp1,37 triliun.

Begitu pula dengan kinerja Perusahaan Pembiayaan dengan total piutang yang tumbuh 15,0 persen (yoy) menjadi Rp16,74 triliun. Adapun industri pegadaian juga mencatatkan pertumbuhan sangat tinggi dengan total pinjaman yang tumbuh signifikan 33,57 persen (yoy) menjadi Rp5,77 triliun.
 

Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023