Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa air menjadi faktor kunci pembangunan kota yang berkelanjutan sehingga perlu pengelolaan yang baik.

"Air adalah faktor kunci untuk masa depan pembangunan berkelanjutan dari masyarakat dan ekonomi Indonesia," kata Basuki dalam diskusi "Mewujudkan Kota Ramah Air: Tantangan dan Peluang Perencanaan Infrastruktur Wilayah" yang diselenggarakan di Jakarta, Senin.

Menteri Basuki mengatakan, ketersediaan air bersih menjadi salah satu faktor utama sebuah kota dikatakan sebagai kota yang layak huni, ditinggali, atau juga kota berkelanjutan.

Menurut dia, pembangunan perkotaan tidak hanya membangun fisik, tetapi juga pengelolaan air yang berkaitan dengan water sensitive.

Konsep water sensitive merupakan suatu pendekatan rancang kota dan merupakan bagian dari konsep infrastruktur hijau yang salah satunya bertujuan untuk mengurangi persoalan banjir.

Baca juga: PUPR pastikan kesiapan tol dan jalan nasional untuk Natal - Tahun Baru

Ia memberikan contoh pengelolaan air di Jakarta, di mana pemerintah membangun Stasiun Pompa Ancol Sentiong untuk mereduksi banjir di 8 Kecamatan, sekaligus melengkapi sistem pengendalian banjir dari hulu ke hilir di DKI Jakarta.

"Water sensitive juga ada yang namanya liveable city atau sustainable city. Semuanya pasti dasarnya adalah air karena orang mau hidup nyaman, harus ada air. Jadi kalau water sensitive atau water resilience city tidak hanya untuk banjir, tidak untuk water supply, tapi juga kenyamanan," ujarnya.

Lebih lanjut Basuki menyampaikan, Stasiun Pompa Ancol Sentiong sendiri telah dibangun sejak 2020 serta menelan biaya sebesar Rp 481,37 miliar.

Baca juga: Kementerian PUPR: Progres Rumah Tapak Menteri IKN capai 42,62 persen

Stasiun ini memiliki sebanyak 5 pompa dengan kapasitas 10 m3 per detik.

"Water sensitive city, kita harus bisa mengendalikan banjir, tapi juga bisa mensuplai air, dan untuk membersihkan lingkungan," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna mengatakan bahwa pengelolaan air diperlukan agar ketersediaannya tetap terjaga.

"Dua bulan lalu kemarau panjang, kita rindu air. Tetapi ketika musim hujan datang, kita melupakan air," katanya.

Ia menyampaikan, isu kota ramah air di masa mendatang adalah konflik ruang untuk manusia dan konflik ruang untuk air.

Pemerintah perlu menyusun tata ruang kota untuk manusia sekaligus untuk air agar tercipta keseimbangan kehidupan.

Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023