Pengembangan bisnis ini menjadi upaya wajib untuk mempertahankan perusahaan
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, PT Bina Bangun Wibawa Mukti (BBWM) mengembangkan konsep bisnis baru sebagai langkah antisipasi kelangkaan minyak dan gas yang menjadi lini usaha utama perseroan itu.

Direktur Utama PT BBWM Prananto Sukodjatmoko mengatakan ada delapan konsep bisnis baru yang tengah diusulkan kepada pemerintah daerah sebagai bagian dari upaya diversifikasi usaha antara lain pembangkit listrik tenaga surya.

"Pengembangan bisnis ini menjadi upaya wajib untuk mempertahankan perusahaan. Kami telah berkomitmen menyalurkan listrik dari panel surya untuk PDAM Tirta Bhagasasi, baik di kantor maupun di instalasi pengelolaan air," katanya di Cikarang, Jawa Barat, Selasa.

Konsep bisnis lain yang dikembangkan yakni stasiun pengisian kendaraan listrik umum, penyewaan kendaraan listrik, pendirian batching plant, marketplace UMKM khusus Kabupaten Bekasi Bebeli, pengelolaan sampah berteknologi di Burangkeng, parkir, hingga pengelolaan aset.

Ia mengatakan konsep pengembangan bisnis ini kerap tertahan oleh urusan birokrasi sehingga butuh dukungan segenap pihak untuk memulai lini usaha baru, terlebih mayoritas pemilik saham dipegang unsur pemerintah daerah.

"Memang perlu dukungan penuh dari daerah, baik pemerintah dan legislatif. Ini yang sejauh ini kami upayakan agar pengembangan bisnis terutama pada energi terbarukan mendapat dukungan penuh," ucapnya.

Prananto menyatakan pengembangan konsep bisnis baru ini didasari perubahan penerapan energi terbarukan yang harus segera dilakukan untuk mencegah ketergantungan terhadap energi fosil yang kian terbatas.

"Memang karena hanya mengandalkan dari fosil ini akan sangat terbatas. Bisa jadi kandungan (migas di Kabupaten Bekasi) yang tersisa hanya cukup untuk tiga tahun ke depan," katanya.

Sejak berdiri pada tahun 2002, kandungan minyak dan gas kilang Tambun Field di Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan terus berkurang secara signifikan dengan capaian produksi gas tertinggi 15 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) pada tahun 2012.

Setelah 2012 kandungan energi fosil kilang PT BBWM semakin berkurang bahkan tahun ini capaian gas hanya 3 million standard cubic feet per day (mmscfd) dan hanya 1 mmscfd yang bisa digunakan. Kondisi ini membuat operasional kilang dihentikan sementara.

"Memang sejak Oktober kami shutdown karena kondisi tidak memungkinkan. Alat yang kami miliki tidak mampu lagi menjangkau gas yang terkandung, karena memang sudah menipis," ucapnya.

Dirinya mengaku sempat mencoba teknik alternatif mengambil gas melalui skema penyerapan gas dengan lebih menurunkan level alat yang dimiliki namun tidak berhasil.

"Biasanya kami terapkan high pressure, kami coba dengan low pressure. Tapi justru yang terangkut bukan hanya gas tapi material lain yang membuat dua alat kami rusak. Ini yang menjadi persoalan. Kondisi ini juga dirasakan Pertamina, tapi Pertamina itu punya lima alat, jadi kalau dua rusak masih bisa digunakan. Sedangkan kami memang cuma punya dua alat," katanya.

Saat ini PT BBWM menjadi satu-satunya BUMD yang masih mengelola gas dari hilir. Sedangkan BUMD di daerah lain telah beralih ke berbagai sektor energi terbarukan.

"Jadi karena hanya mengandalkan energi dari fosil, akan habis juga, sama di daerah lain juga. Hanya BBWM dan Gresik yang masih bertahan, itu pun mereka telah berhenti," katanya.

Pihaknya bahkan masih bisa menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) kepada Pemkab Bekasi sebesar Rp2,8 miliar tahun ini meski kandungan energi fosil semakin sulit didapatkan.

"Meskipun nilai demikian untuk ukuran bisnis gas terbilang kecil tapi kami masih bertahan. Kami juga tetap mempertahankan jumlah karyawan tanpa ada pengurangan meski kondisinya demikian," kata dia.


Baca juga: Pemkab Bekasi lakukan diversifikasi bisnis BUMD migas ke PLTS
Baca juga: Disetujui RUPS, BUMD Migas Bekasi akan ekspansi di bisnis hotel
Baca juga: Pemprov DKI ajak BUMD ikut maksimalkan potensi batik Betawi

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023