Ini sangat tidak adil. Saya sebagai warga Mesir melihat situasi di Mesir melalui televisi asing,"
Kairo (ANTARA News) - Seluruh jaringan televisi nasional yang hampir semuanya milik pemerintah hanya menyiarkan demo besar pro-tentara pada Jumat, dan mengabaikan demo serupa dari Ikhwanul Muslimin pendukung presiden terguling Mohamed Moursi.

"Ini sangat tidak adil. Saya sebagai warga Mesir melihat situasi di Mesir melalui televisi asing," kata Nadia Al Shadly, pegiat hak asasi manusia, Jumat.

Nadia mengecam keras media massa terutama televisi Mesir yang dalam laporannya hanya menyoroti demo pro penguasa dan sangat bias terhadap pendukung Ikhwanul Muslimin yang kini beroposisi.

Pegiat HAM itu juga mengutuk sikap penguasa transisi atas penutupan seluruh media cetak dan larangan tayang terhadap sedikitnya enam jaringan televisi yang dianggap pro-Moursi.

Kecemasan serupa diutarakan pengamat masalah pers, Hashem Abdel Hamid.

Menurut dia, kediktaroran sistematis telah terjadi di Mesir pasca-kudeta pelengseran Presiden Moursi dengan pemberangusan media massa dan penangkapan sejumlah wartawan tanpa tuduhan yang jelas.

"Ada kalangan wartawan ditangkap hanya karena menggunakan kata kudeta militer dalam laporannya," kata Abdel Hamid.

Kantor berita Mesir, MENA, melaporkan, seluruh jaringan televisi pada Jumat menunda tayangan reguler Ramadhan untuk khusus menyiarkan secara langsung demo besar pro tentara di Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo, Istana Al Ettihadiyah di Kairo timur dan berbagai kota provinsi.

Sementara itu, Kementerian Penerangan pada Jumat malam melansir siaran pers bahwa jaringan televisi Nilesat menyiarkan secara langsung suasana demo tanpa logo Nilesat, dan memungkinkan media asing melansirnya secara gratis.

Helikopter militer bahkan memfasilitasi TV Saluran-1 untuk mengambil gambar dari udara mengenai suasana demo pro-tentara, tapi mengabaikan demo pendukung Moursi pada hari yang sama.

Helikopter militer itu sesekali berputar-putar di Bundaran Rabiah dan sempat melemparkan lembaran kertas bergambar bendera nasional.

"Kami tidak butuh bendera, kami hanya menuntut kembalinya Presiden Moursi," teriak pendemo menanggapi penyebaran lembaran bendera dari heli tersebut.

Suasana demo pro tentara di Bundaran Tahrir dan Istana Al Ettihadiyah cukup padat manusia, begitu pula suasana pro Moursi di Bundaran Rabiah Adawiyah dan Bundaran Al Nahdhah.

Bentrokan sengit dilaporkan terjadi di Iskandariyah, kota terbesar kedua setelah Kairo, menewaskan satu orang.

Bentrokan sporadis juga terjadi di Kairo dan beberapa kota provinsi lainnya sehingga menciderai sejumlah orang.

(M043/M014)

Pewarta: Munawar Saman Makyanie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013