Yerusalem (ANTARA) - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir mengkritik pemerintah karena mengizinkan truk-truk pembawa bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan perbatasan Kerem Shalom.

Menurut laporan surat kabar Maariv Israel, Ben-Gvir mengungkapkan kemarahannya atas perubahan kebijakan yang tiba-tiba tanpa diskusi di kabinet, dan menggambarkan keputusan tersebut sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Dia mengatakan pengiriman bantuan melalui penyeberangan tidak boleh diizinkan kecuali semua warga Israel yang disandera kelompok Hamas Palestina, sudah kembali ke rumah.

Pihak berwenang Israel pada Jumat (15/12) mengumumkan pembukaan sementara perbatasan Kerem Shalom setelah menyetujui seruan AS untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

“Kabinet hari ini menyetujui tindakan sementara untuk menurunkan (muatan) truk-truk di perbatasan Kerem Shalom di sisi Gaza, alih-alih mengembalikannya ke Rafah,” kata Kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.

Keputusan kabinet menentukan bahwa hanya bantuan kemanusiaan yang datang dari Mesir yang akan disalurkan ke Jalur Gaza melalui Kerem Shalom.

Namun, sebuah sumber di pemerintahan Gaza mengatakan kepada Anadolu bahwa tidak ada truk bantuan yang memasuki daerah kantong yang terkepung melalui Kerem Shalom.

Sumber itu mengatakan bahwa Israel menggunakan perbatasan tersebut untuk memeriksa truk bantuan, yang kemudian dikirim melalui perbatasan Rafah dengan Mesir.

Serangan udara dan darat yang dilancarkan Israel di Gaza untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 18.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih banyak orang.

Perang juga menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan setengah dari permukiman di wilayah pesisir tersebut rusak atau hancur, dan hampir dua juta orang mengungsi di wilayah padat penduduk di tengah kekurangan makanan dan air bersih.

Dari sekitar 240 orang yang disandera oleh Hamas selama serangan lebih dari dua bulan lalu, sekitar 130 orang masih disandera setelah yang lain dipulangkan dalam gencatan senjata sementara bulan lalu.

Tentara Israel juga menembak dan membunuh tiga sandera Israel di Gaza utara setelah salah mengidentifikasi mereka sebagai ancaman, menurut juru bicara militer.

Sumber: Anadolu

Baca juga: PBB desak Israel buka perbatasan Kerem Shalom untuk salurkan bantuan
Baca juga: Seruan gencatan senjata di Gaza kian lantang

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023