Jakarta (ANTARA) - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) melaksanakan vaksinasi COVID-19 booster kedua, baik di pusat maupun daerah dalam  mengantisipasi peningkatan kasus di Tanah Air.

"Tentu kita berharap peningkatan COVID-19 tidak terlalu serius ya. Tapi antisipasi awal dilakukan di lingkungan BP2MI," ujar Kepala BP2MI Benny Rhamdani di Jakarta, Kamis.

Menurut dia vaksinasi perlu dilakukan karena pegawai BP2MI kerap berinteraksi dengan masyarakat sehingga rentan terpapar virus atau penyakit, termasuk COVID-19.

"Karena BP2MI ini adalah instansi pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan ke pekerja migran Indonesia dan keluarganya. Sehingga menjadi instansi yang pegawainya rentan," tuturnya.

Baca juga: BP2MI Lampung pastikan PMI pulang bebas dari COVID-19

Baca juga: BP2MI kembali lepas 690 pekerja migran Indonesia ke Korea Selatan


Terkait vaksinasi untuk pekerja migran Indonesia, Benny mengatakan itu juga penting dilakukan. Namun, hal itu masih menunggu kebijakan pemerintah.

"Jika sudah menjadi keputusan pemerintah, maka BP2MI akan mengusulkan vaksinasi diberikan kepada pekerja migran Indonesia, khususnya yang akan masuk dan yang keluar," katanya.

Pada hari ini, Kamis, BP2MI melakukan vaksinasi booster kedua terhadap sekitar 600 orang pegawai dan keluarganya.

"Bahkan driver, sekuriti, OB kita berikan. Karena ini untuk memberi kekebalan daya tahan tubuh," kata Benny.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperkirakan tren peningkatan kasus COVID-19 di tanah air yang terjadi jelang Natal dan tahun baru, mulai kembali menurun pada Februari 2024.

"Biasa kita tunggu peak-nya, harusnya Februari 2024 sudah turun kembali," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Perkiraan penurunan laju kasus COVID-19 itu disampaikan Budi berdasarkan dominasi subvarian Omicron JN.1 yang kini sedang melanda Indonesia dan negara-negara tetangga.

Budi mengatakan varian COVID-19 terbaru yang dijuluki JN.1 adalah salah satu bentuk mutasi COVID-19 yang dikenal cukup cepat dalam penyebarannya, tapi tidak memicu lonjakan kematian dan kenaikan jumlah pasien di rumah sakit.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023