Tapi, anak-anak kasihan, kalau tidak memakai baju baru seperti teman-temannya."
Negara (ANTARA News) - Satu keluarga pengungsi korban abrasi di Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali, terpaksa merayakan Idul Fitri di tenda karena belum mampu membuat rumah.

"Saya sudah mulai membuat rumah, tapi belum bisa ditempati karena kayu untuk atap masih kurang," kata Kuswoyo, pengungsi tersebut saat ditemui, Jumat.

Menurut dia, dirinya sudah merencanakan pindah saat malam takbiran dengan berusaha merampungkan rumahnya agar bisa Lebaran secara layak.

"Ternyata, saat memasang kayu untuk atap masih kurang sekitar 30 batang. Daripada saya paksa memasang genteng terus ambruk, maka lebih baik menunggu hingga kayunya tercukupi," ujarnya.

Kuswoyo mengemukakan, untuk Lebaran kali ini hanya mengutamakan anak-anaknya memakai baju baru, seperti anak-anak lainnya.

"Kalau orang tua seperti saya, apalagi tidak memiliki kue bukan masalah. Tapi, anak-anak kasihan, kalau tidak memakai baju baru seperti teman-temannya," katanya.

Sebelumnya ada lima korban abrasi yang terpaksa tinggal di tenda, karena rumah mereka hancur digerus abrasi dan ombak.

Selain Kuswoyo, keluarga Riono, Suud, Kasmat dan Poniadi juga mengungsi, namun empat orang lainnya sudah membuat rumah menurut kemampuan masing-masing.

Selama hampir lima bulan tinggal di tenda, Kuswoyo mengatakan, baru mendapatkan bantuan satu kali berupa pasir satu truk kecil dibagi dua.

"Saya, Riono, Kasmat dan Poniadi mendapatkan bantuan pasir untuk membuat rumah satu truk kecil dibagi dua. Kalau Pak Suud mendapat gedek untuk dinding rumahnya," katanya.

Lantaran sudah cukup lama, ia mengemukakan, atap tenda terpalnya mulai aus dan bocor saat hujan.

Saat hujan, apalagi pada malam hari, anak dan istrinya tidur di bagian yang bocornya tidak terlalu besar, sementara dirinya bisa begadang satu malam karena tidak mendapatkan tempat merebahkan badan, demikian Kuswoyo.

Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013