Istanbul (ANTARA) - Ketinggian air laut di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Shika naik sekitar tiga meter setelah gempa dahsyat mengguncang Jepang pada Senin, menurut otoritas setempat pada Rabu.

Menurut Perusahaan Listrik Hokuriku yang mengoperasikan PLTN itu, permukaan air laut di titik pengambilan “tiga meter lebih tinggi dari biasanya antara pukul 17.45 dan (15.45 WIB) dan 18.00 (16.00 WIB) pada Senin,” menurut lembaga penyiaran publik Jepang NHK.

PLTN itu menggunakan air laut untuk sistem pendinginan.

Namun, kedua reaktor di PLTN itu sudah dimatikan jauh sebelum gempa magnitudo 7,6 melanda Jepang pada Senin pukul 16.10 (14.10 WIB).

PLTN itu terletak di Noto, yang menjadi pusat gempa, di Prefektur Ishikawa yang menghadap ke Laut Jepang.

Operator PLTN tersebut juga menemukan bahwa tembok laut setinggi empat meter yang dibangun untuk melindungi reaktor nomor 1 mengalami kemiringan beberapa sentimeter.

Selain itu, pasokan listrik ke pembangkit itu mengalami gangguan sehingga sejumlah sistem tidak berfungsi.

Jaringan trafo yang memasok listrik dari luar PLTN itu rusak akibat gempa yang menyebabkan kebocoran oli.

Operator sedang bekerja memperbaiki sistem tersebut, mengambil oli yang bocor, dan menggunakan berbagai cara untuk memasok listrik ke peralatan penting.

Setidaknya 64 orang telah tewas akibat gempa yang melanda Jepang itu sejak Senin.

Banyak orang terjebak di bawah bangunan yang roboh, sementara beberapa wilayah masih mengalami pemadaman sehingga ribuan orang tidak mendapatkan listrik.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Foto: Rentetan gempa di Jepang tewaskan 48 orang, rusak infrastruktur
Baca juga: 62 penduduk Ishikawa tewas akibat gempa Jepang

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024