Jakarta (ANTARA) - Pesawat Airbus A350-900 milik Japan Airlines (JAL) menjadi pesawat Airbus jenis itu yang pertama yang hancur total sehingga tak bisa diperbaiki lagi, tulis Aviation Week dalam lamannya pada Kamis.

Airbus A350-900 milik JAL dengan nomor penerbangan JL516 itu tabrakan dengan pesawat De Havilland Canada Dash 8 milik Pasukan Penjaga Pantai Jepang pada Senin di Bandara Haneda, Tokyo.

Kedua pesawat itu terbakar sehingga keduanya musnah dilalap api. Namun, semua dari 367 penumpang dan 12 awak JAL selamat, sedangkan lima dari enam awak pesawat Penjaga Pantai Jepang tewas.

Aviation Week mengungkapkan ini pertama kalinya pesawat Airbus dari keluarga A350 mengalami kecelakaan yang membuat pesawat hancur total tak bisa diperbaiki lagi.

Mengutip Wikipedia, dalam dunia penerbangan, jenis kecelakaan pesawat yang membuat pesawat hancur total atau musnah, dikenal dengan istilah "hull loss".

Istilah ini juga berlaku untuk pesawat yang dinyatakan hilang, atau ketika pencarian bangkai pesawat dihentikan, atau puing-puing pesawat sudah tak dapat diakses.

Otoritas penerbangan Jepang dan pihak terkait lainnya sedang menyelidiki insiden di Bandara Haneda itu, termasuk bagaimana pesawat bisa dengan cepat terbakar.

Menurut Aviation Week, investigasi ini dapat memberikan wawasan berharga mengenai sifat mudah terbakar pada struktur komposit pesawat.

Kebakaran hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 ketika Boeing 787 milik maskapai Ethiopian Airlines rusak parah akibat terbakar, namun kebakaran yang terjadi jauh lebih kecil.

Ternyata hasil penyelidikan menunjukkan pesawat ini terbakar akibat pelepasan panas dari baterai pemancar pencari lokasi darurat (ELT) saat sudah berada di Bandara Heathrow, London, Inggris.

Bagi JAL sendiri ini adalah kecelakaan yang menghancurkan seluruh pesawat yang kedua​ setelah peristiwa serupa pada 12 Agustus 1985 ketika Boeing 747SR milik maskapai ini menabrak gunung dalam perjalanan dari Haneda ke Osaka.

Sistem hidrolik pesawat itu pecah setelah terjadi kerusakan parah pada sekat tekanan belakang. 520 orang yang menumpangi Boeing 747SR itu tewas, namun empat lainnya selamat.

Sementara itu, kantor berita Kyodo pada Kamis melaporkan bahwa pesawat Pasukan Penjaga Pantai Jepang itu sebenarnya tak mendapatkan izin masuk runway atau landasan pacu Bandara Haneda.

Temuan ini didapatkan dari komunikasi pengendali penerbangan yang dirilis Kementerian Transportasi Jepang pada Rabu.

"Dalam transkrip komunikasi tersebut, tak ada hal yang bisa dianggap izin untuk memasuki landasan pacu (untuk pesawat Pasukan Penjaga Pantai itu)," kata Wakil Direktur Jenderal Penerbangan Sipil pada Kementerian Transportasi Jepang Toshiyuki Onuma dalam konferensi pers.

Sebelumnya, pihak Pasukan Penjaga Pantai Jepang menyatakan, kapten pesawatnya sudah mendapatkan izin atau status bebas memasuki landas pacu di mana tabrakan dengan pesawat JAL itu terjadi.

Kapten pesawat Pasukan Penjaga Pantai Jepang itu menjadi satu-satunya korban selamat di dalam pesawatnya karena lima awak lainnya meninggal dalam tragedi itu.

Baca juga: KBRI pastikan tak ada WNI terdampak kecelakaan pesawat di Haneda
Baca juga: Kesaksian penumpang JAL, ada benturan sebelum mendarat di Haneda

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024