Lebak (ANTARA) -
Pagi itu, Diding, warga Pajagan, Kabupaten Lebak, bergegas dari rumah menuju rakit yang disandarkan di tepi Bendungan Karian, Provinsi Banten.

Rakitnya yang terbuat dari bambu dengan dilengkapi mesin tempel itu setiap hari Sabtu dan Minggu membawa berkah bagi pria 55 tahun itu. Banyak pengunjung berwisata air di bendungan terbesar nomor tiga di Indonesia dengan menaiki rakit Diding.

Bendungan Karian yang menenggelamkan Kampung Sinday, Kecamatan Sajira, dan Pasir Eurih, Kecamatan Cimarga, kini menjadi alternatif lokasi wisata. Banyak warga yang kini mengais rezeki dari keberadaan waduk ini, termasuk Diding.

Para pengunjung itu berasal dari beberapa daerah di Provinsi Banten. Mereka menaiki rakit dilengkapi dengan pakaian pelampung sambil berkeliling menikmati suasana waduk nan luas tersebut.

Bendungan Karian memang menawarkan lanskap eksotis. Di tepi waduk terdapat perbukitan dan sesekali terlihat burung-burung terbang sambil berkicau yang menjadi daya tarik para pelancong.

Diding mengutip tarif terjangkau sehingga  wisatawan bisa menaiki perahu berkeliling di sekitar kawasan Sangiang tanpa terbebani biaya mahal.

Rakit Diding bisa memuat 15 orang. Pada liburan akhir pekan ia bisa membawa uang  sekitar Rp900 ribu. Karena hasilnya besar, kini sejumlah warga juga membuka usaha serupa.

Bendungan Karian yang dibangun sejak tahun 2015 kini membawa berkah bagi masyarakat sekitar waduk. Wisatawan dari luar mengalirkan rupiah ke warga sekitar bendungan.

Masyarakat setempat saat ini bisa mengais rezeki dengan membuka beragam warung yang menyediakan aneka makanan dan minuman dan juga perahu rakit.

Hampir setiap hari ada wisatawan yang datang ke waduk bersama rombongan, keluarga, hingga pasangan muda-mudi. Kehadiran mereka tentu ikut menggerakkan perekonomian warga.

Mereka mengunjungi Bendungan Karian karena ingin memenuhi rasa ingin tahu mengingat waduk ini merupakan yang terbesar ketiga di Indonesia.

"Kami yakin Bendungan Karian bisa menjadi destinasi wisata di Lebak yang banyak diminati wisatawan," kata Diding, yang sebelum ada waduk berprofesi sebagai buruh penebang bambu.

Diding mengakui kini penghasilannya jauh lebih besar dibanding dulu.

Kehadiran Waduk Karian juga membawa berkah bagi Cicih, warga Pajagan, Kabupaten Lebak.

Perempuan 45 tahun itu sejak 4 bulan lalu membuka warung di sekitar Waduk Karian dengan menyediakan aneka makanan dan minuman. Pada liburan akhir pekan omzet penjualannya lebih besar.

Pada akhir pekan, ia bisa meraih penjualan Rp4 juta dengan meraup keuntungan bersih sekitar Rp400 ribu.

Saat ini, dirinya bersama pedagang lainnya merasa mendapatkan tambahan penghasilan setelah Bendungan Karian beroperasi dan banyak dikunjungi pelancong.

Pembangunan Bendungan Karian ikut memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat yang sebelumnya kebanyakan buruh tani, buruh panggul, dan sopir angkot, bahkan menjadi tenaga migran di luar negeri.

Kini masyarakat yang terdampak pembangunan Bendungan Karian beralih usaha dengan membuka beragam usaha, seperti warung dan jasa perahu wisata sehingga kehidupan mereka lebih sejahtera.

Perguliran uang dari transaksi wisatawan bisa mencapai puluhan juta rupiah pada akhir pekan. Masyarakat yang menggeluti usaha di sekitar Bendungan Karian adalah mereka yang terdampak pembangunan itu.

"Kami dulu bersama keluarga tinggal di Kampung Sinday dan kini kami membuka warung, yang hasilnya cukup membantu ekonomi keluarga," ucap Cicih.


Waduk multifungsi

Presiden RI Joko Widodo direncanakan pada hari Senin (8/1) meresmikan pembangunan Bendungan Karian yang berlokasi di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Pembangunan Bendungan Karian terbesar ketiga di Indonesia setelah Jatiluhur dan Jatigede itu sebagai waduk multifungsi dan menjadi salah satu proyek strategis nasional.

Bendungan Karian memiliki luas genangan 1.740 hektare dengan volume tampungan air sebesar 314,7 juta meter kubik. Proyek yang dibiayai APBN ini untuk meningkatkan pasokan air bagi lahan pertanian seluas 22.000 hektare di Kabupaten Lebak.

Irigasi dari bendungan itu dirancang mampu mendongkrak produksi gabah sebesar 162.800 ton per tahun atau senilai Rp500 miliar.

Saat ini, produksi gabah petani Lebak sebanyak 187.000 ton per tahun dan ditargetkan menjadi 349.800 ton gabah per tahun setelah bendungan mengaliri sawah-sawah padi.

Selain itu, bendungan itu juga bermanfaat untuk menghasilkan listrik sebesar 1,8 MW yang bisa menerangi 10.000 rumah keluarga yang berada di 40 desa di empat kecamatan di sekitar bendungan.

Bendungan Karian juga berfungsi sebagai pengendali banjir di kawasan hilir wilayah Lebak-Serang, termasuk Jalan Tol Balaraja-Merak.

Lebih dari itu, Bendungan Karian bakal memasok air baku untuk kebutuhan rumah tangga perkotaan dan industri di tujuh kota/kabupaten, yakni Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Serpong, Kabupaten Lebak, dan wilayah barat Provinsi DKI Jakarta.

Selama ini, pasokan air baku ke Jakarta berasal dari timur Ibu Kota RI, yakni Bendungan Jatiluhur.

Untuk mengalirkan air baku ke daerah-daerah tersebut diperlukan pembangunan pipa air sepanjang 47,9 kilometer.

Adapun kapasitasnya alirannya sebesar 14,6 juta m3/detik dan akan dinikmati oleh lebih dari lima juta jiwa.

Saat ini sedang dikaji rencana induk (master plan) dan akan disusun pula studi kelayakannya bersama K-Water dari Korea Selatan yang memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan sumber daya air untuk dapat dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Pembangunan Bendungan Karian dimulai sejak Oktober 2015 dengan anggaran Rp 1,07 triliun dan dikerjakan oleh Daelim Industrial Co, Ltd.-PT Wijaya Karya (Persero)-PT Waskita Karya (Persero) Joint Operation.

Kerja panjang dalam membangun Bendungan Karian kini mulai dirasakan manfaatnya. Bukan hanya bagi warga sekitar waduk, melainkan juga jutaan penduduk.

Editor: Achmad Zaenal M
 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024