Kairo (ANTARA News) - Para pemimpin Arab dan Muslim di seluruh dunia mengutuk dengan keras serangan berdarah Israel di Libanon Selatan, Minggu, yang menewaskan sedikitnya 52 orang, separuh lebih dari mereka anak-anak, dan meminta tindakan internasional terhadap negara Yahudi itu. Sekjen Liga Arab Amr Mussa mengeluarkan pernyataan yang mana ia "mengutuk dengan keras serangan kejam tanpa henti Israel di Libanon, yang terakhir adalah serangan di desa Qana". Ia minta "penyelidikan internasional terhadap pembunuhan besar-besaran itu dan kejahatan perang Israel lainnya di Libanon". Pesawat Israel melancarkan serangan kilat di desa Qana di Libanon selatan Minggu dini hari, yang menewaskan 52 orang, termasuk 30 anak, dalam serangannya yang paling mematikan sejak melancarkan serangan besar-besaran terhadap Libanon 12 Juli. Badan Islam-raya penting dunia Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengatakan "pembunuhan besar-besaran Israel yang terakhir itu sama dengan kejahatan perang serta menunjukkan pandangan rendah Israel pada hukum internasional dan Konfensi Jenewa Keempat mengenai perlindungan pada warga sipil pada waktu perang". Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang negaranya terlibat dalam upaya diplomatik untuk meredakan krisis itu, mengatakan serangan Israel tersebut "tidak bertanggungjawab" dan menegaskan lagi permintaannya pada gencatan senjata segera. Menlu Mesir Ahmad Abul Gheit juga memanggil dubes Israel untuk menyampaikan "kemarahan Mesir" pada serangan itu. Jordania, penengah regional lainnya, juga mengutuk dengan keras serangan itu. "Agresi kejahatan itu merupakan pelanggaran mencolok pada hukum internasional," kata Raja Jordania Abdullah dalam satu pernyataan, seperti dilansir AFP. Kebanyakan rezim Arab moderat sejauh ini menunjukkan pengekangan dalam kecaman mereka terhadap Israel, dengan menyalahkan sebagian dari eskalasi di wilayah itu pada milisi Libanon Hizbullah yang menangkap tentara Israel. Pada bagiannya, Iran menyalahkan serangan berdarah itu pada kunjungan Menlu AS Condoleessa Rice ke kawasan tersebut. "Akibat perjalanan Rice ke kawasan itu adalah pembantaian di Qana," kata jurubicara kementerian luar negeri Hamid Reza Asefi. "Para pejabat rezim Zionis dan juga beberapa negarawan AS harus diadili karena kejahatan perang yang mereka lakukan." Pemimpin Garda Revolusi Republik Islam mengatakan negara itu akan mempersiapkan dirinya untuk memerangi Israel. Presiden Palestina Mahmud Abbas juga mengutuk serangan itu dan minta PBB untuk mengatur gencatan senjata segera, kata perunding utama Palestina Saeb Erakat. "Abu Mazen (Abbas) telah menelpon presiden dan perdana menteri Libanon serta menyampaikan dukacitanya yang sangat mendalam (pada) korban kejahatan yang dilakukan oleh Israel di Qana yang ia kutuk dengan ucapan yang mungkin paling keras," katanya. Palestina juga menderita serangan besar-besaran militer Israel terhadap Jalur Gaza menyusul penangkapan seorang tentara Israel lainnya akhir Juni yang telah menyebabkan hampir 150 orang tewas. Uni Emirat Arab (UAE) bergabung dengan paduan suara pengutukan terhadap "pembantaian jahat" itu. "Kejahatan itu...memberikan bukti baru kebijakan sistimatis Israel untuk menggunakan senjata pemusnah massalnya untuk membunuh dengan cara tidak pandang bulu dan tanpa pertimbangan pada hukum internasional dan konvensi yang melindungi warga sipil," kata Menlu Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan. PM Pakistan Shaukat Aziz juga mengutuk serangan itu, yang ia lukiskan sebagai "agresi yang tak beralasan". Pawai protes diserukan oleh partai-partai Islam untuk diadakan di seluruh negara itu. Di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang berpengaruh juga mengutuk "pembantaian" di Qana itu. Pemimpin gerakan Islam itu, Mohammad Mahdi Akef, mengatakan pembantaian tersebut merupakan bukti "kebencian pada orang Arab dan Muslim yang dirasakan oleh pemerintah Israel dan AS yang mendukungnya". Israel menyampaikan "penyesalan yang mendalam" atas insiden itu tapi menolak bertanggungjawab atas kematian warga sipil di Qana, dengan alasan kelompok gerilyawan Syiah Hizbullah yang mestinya disalahkan karena menggunakan desa tersebut sebagai tempat peluncuran roket. (*)

Copyright © ANTARA 2006