Jakarta (ANTARA) - Staf teknis komunikasi transformasi kesehatan Kementerian Kesehatan, Ngabila Salama menjelaskan meski banyak disinformasi atau hoaks terkait nyamuk ber-Wolbachia, namun edukasi metode tersebut harus tetap dilakukan sebagai inovasi untuk menurunkan kasus dan kematian penyakit DBD.

"Untuk isu wolbachia ini banyak hoaks, asumsi, provokasi yang meresahkan masyarakat diviralkan untuk menolak program baik ini. Kami jangan pernah capek dan kalah dalam menyuarakan info yang benar tentang wolbachia nyamuk baik ini,” jelas Ngabila saat dihubungi pada Rabu.

Ngabila menjelaskan, Wolbachia merupakan inovasi untuk menurunkan kasus dan kematian DBD. Metode tersebut menjadi rekomendasi utama dari WHO untuk pengendalian penyakit dan terbukti berhasil di banyak negara termasuk Myanmar dan Laos.

Yogyakarta juga sudah membuktikan selama 10 tahun terakhir. Kebijakan ini diambil Kemenkes RI berbasis data dari 10 tahun implementasi baik di Yogya sebanyak 77 persen menurunkan kasus, 86 persen menurunkan perawatan RS, dan 83 persen menurunkan penggunaan fogging.

Wolbachia aman untuk manusia karena tidak bisa hidup di tubuh manusia, kata Ngabila. Selain itu aman untuk lingkungan karena ramah lingkungan, tidak merusak ekosistem atau keseimbangan dengan makhluk hidup lain.

"Justru kalau kasus DBD terus meningkat, dilakukan fogging ini berpotensi nyamuk dan virus mutasi dan serangga lain ikut terganggu,” terang Ngabila.

Ngabila juga memaparkan bahwa Wolbachia merupakan ”vaksinasi” untuk nyamuk aedes aegepty dari yang sebelumnya nyamuk jahat pembawa virus DBD menjadi nyamuk baik yang tidak membawa virus.

Lebih lanjut Ngabila mengatakan, adanya program implementasi Wolbachia juga paralel dengan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN 3M plus dan upaya manusia untuk menghindari gigitan nyamuk seperti memakai lotion antinyamuk, memakai kelambu, menyemprot rumah dengan antinyamuk di jam-jam nyamuk aedes aegepty sangat aktif beraktivitas di jam 08.00-10.00 atau 15.00-17.00 WIB.

Baca juga: Humaniora kemarin, COVID-19 varian JN.1 dan isu nyamuk ber-Wolbachia

Baca juga: Tidak benar bahwa nyamuk ber-Wolbachia bawa virus LGBT

Baca juga: Kemenkes pastikan nyamuk ber-Wolbachia tidak menyerang lebih ganas


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024