Surabaya, (ANTARA News) - Pergerakan semu matahari ke arah selatan katulistiwa, berdampak terhadap memanasnya suhu udara di bumi belahan selatan dan pemanasan suhu itu bisa berakibat meningkatnya kadar debu (Suspended Particulate Matter/SPM) dan karbon dioksida (CO2) di udara. "Pemanasan itu dapat menyebabkan kekeringan yang melanda beberapa wilayah. Bahkan di Surabaya bisa berimbas terhadap meningkatnya kadar SPM atau debu dan CO2," kata Staf Ahli Meteorologi dan Geofisika BMG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Eko Prasetyo, di Surabaya, Senin (31/7). Kondisi itu, menurut dia, akan semakin memuncak pada siang hingga sore hari, yang diiringi dengan menurunnya kadar oksigen (O2). Eko mengatakan, jika hijauan tanaman kota tidak mampu menyerap kadar CO2, maka kondisinya akan semakin buruk. Peningkatan suhu udara di Surabaya dan Jatim saat ini masih dalam kondisi normal. Suhu udara pada Agustus hingga September diperkirakan berkisar 23-34 derajat Celcius, sedangkan pada Oktober akan mencapai puncaknya, bisa pada kisaran 36-37 derajat Celcius. Karena itu, ia menyarankan agar masyarakat melakukan langkah antisipatif, diantaranya menggunakan masker ketika berkendara di jalan raya serta memperbaiki pembakaran kendaraan yang mengeluarkan asap tebal.(*)

Copyright © ANTARA 2006