Saya berharap dengan penanaman cabai ini, tidak akan terulang lagi lonjakan harga cabai hingga Rp200 ribu per kilogram....
Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Kotamobagu, Sulawesi Utara, melakukan penanaman 10.000 tanaman cabai untuk menjaga harga komoditas itu tetap stabil.

"Saya berharap dengan penanaman cabai ini, tidak akan terulang lagi lonjakan harga cabai hingga Rp200 ribu per kilogram. Terlebih dua bulan ke depan akan menghadapi Ramadhan," kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Fernando Butarbutar di Manado, Jumat.

Fernando mengatakan penanaman tanaman cabai itu disambut baik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara. BI optimistis upaya Pemerintah Kota Kotamobagu itu dapat menekan laju inflasi di Kotamobagu, juga Sulut pada umumnya.

“Ini adalah bentuk nyata upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Kotamobagu, BI, dan TPID untuk menjaga inflasi tetap stabil,” kata Fernando.

Baca juga: Jokowi ajak masyarakat tanam cabai hingga sayuran secara mandiri

Dia menjelaskan jika harga cabai rawit masih melambung, pihaknya sudah sepakat untuk mendatangkan cabai dari daerah lain jika diperlukan.

"BI akan bantu biaya transportasinya,” ujar Fernando.

Sebelumnya BI juga sudah melakukan panen bawang merah di kelompok pertanian Berkah di Kelurahan Pobundayan, Kotamobagu. Selain itu melakukan penanaman tomat di sekitar Kotamobagu.

“Semoga ini dapat memenuhi suplai bahan pangan di Kotamobagu dan sekitarnya,” katanya.

Baca juga: Pemprov Sulbar luncurkan gerakan tanam sejuta cabai

Pejabat Wali Kota Kotamobagu Asripan Nani mengatakan jumlah tanaman cabai yang ditanam mencapai 10 ribu  yang dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 6.000 dan 4.000 pada tahap kedua nanti.

Asripan Nani mengatakan kegiatan ini sebagai upaya mendorong program "Mari Jo Bakobong" atau mari berkebun yakni memotivasi masyarakat Kotamobagu agar menjadikan hal ini sebagai budaya atau kebiasaan untuk memanfaatkan lahan-lahan yang selama ini tak dimanfaatkan dengan baik.

 

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024