Ambon (ANTARA) - Periset BRIN menggali nilai arkelogi dan sejarah peninggalan di bawah laut berupa jejak maritim kapal SS Aquila yang karam di Teluk Ambon.

Penelitian arkeologi maritim khusus mengkaji tinggalan arkeologi bawah air di Pulau Ambon di tempat tenggelamnya SS Aquila, Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku yang dilaksanakan pada 2023, kata Ketua tim periset Pusat Riset Arkeologi Lingkungan Maritim dan Budaya Berkelanjutan Stanov Purnawibowo, kepada ANTARA, Jumat.

Ia mengatakan riset yang dilakukan menindaklanjuti isu pemindahan SS Aquila oleh Direktorat Jenderal Perhubungan, karena posisinya menghalangi jalur pelayaran kebutuhan operasional perusahaan PT Pertamina dan dianggap membahayakan kapal yang melewati lokasi SS Aquila tersebut.

Hal tersebut juga menjadi diskusi hangat antara Pemerintah Provinsi Maluku dan Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Maluku.

Baca juga: Pakar sebut perlunya penelitian penyebab kematian duyung di Ambon

Baca juga: BRIN temukan limbah minyak pada mangrove yang mati di Teluk Ambon


Kapal SS Aquila tentunya memiliki nilai pentingsignifikansi karena telah menjadi salah satu ikon dari Kota Ambon.

Berdasarkan narasi dan latar belakang, tersebut maka Badan Riset Inovasi Nasional yang memiliki Kelompok Riset Arkeologi Maritim dan Cultural Resources Management, berkolaborasi untuk menindaklanjuti permasalahan yang berkembang terkait tinggalan arkeologi bawah air yang ada di Pulau Ambon.

Oleh karena itu, tim penelitian mengajukan permasalahan penelitian, yaitu bagaimana nilai penting dan potensi pengelolaan SS Aquila di Teluk Ambon, dan model pelestarian yang relevan untuk menangani SS Aquila yang terdapat di Pulau Ambon.

Sedangkan tujuan riset untuk mengidentifikasi nilai penting arkeologis terhadap SS Aquila pada aspek nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, tetapi tidak menutup kemungkinan bila ada nilai penting lain yang relevan dan bisa disandangkan pada SS Aquila saat ini.

"Selain itu mengidentifikasi dan mengetahui permasalahan pelestarian dan pengelolaan SS Aquila saat ini, sehingga dapat diketahui model pelestarian yang tepat untuk menanganinya," katanya.

Penelitian tersebut dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu studi literatur awal, eksplorasi bawah air, analisis, dan publikasi.

Perekaman situs bawah air dilakukan dengan teknik dokumentasi bawah air yang difokuskan pada objek bidang tertentu.

Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi terdeposisinya objek arkeologi berada di kedalaman mulai 16 meter hingga 47 meter di bawah permukaan laut.

SS Aquila atau SS Duke of Sparta yang merupakan salah satu situs shipwreck yang ada di perairan Indonesia timur.

Situs tersebut berada pada perairan Teluk Ambon, di mana dalam narasi sejarah singkat kapal itu tenggelam karena bom yang dijatuhkan oleh pesawat Douglash B26 Invander pada tahun 1958.

Penyebab pengeboman SS Aquila belum diketahui secara pasti, tetapi ada indikasi ini dilakukan untuk mengganggu ekonomi Indonesia pada saat konflik Permesta.

SS Aquila merupakan kapal kargo yang menjadi sarana transportasi barang dalam perairan Indonesia di bagian timur.*

Baca juga: Mangrove Teluk Ambon berkurang 10 hektare dalam dua dekade terakhir

Baca juga: BRIN-Unpatti lakukan penguatan program Pusat Kolaborasi Riset KTI

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024