Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI Satya Wira Yudha menilai target lifting minyak yang ditetapkan pemerintah sebesar 870 ribu barel/hari dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014 kurang realistis.

"Lifting itu seharusnya realistis. Kita harus memeriksa apakah itu sudah mencantumkan kelebihan potensi produksi minyak di beberapa lapangan," kata Satya Wira Yudha saat ditemui sebelum Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Senin.

Menurut dia, dalam menentukan target lifting minyak, pemerintah harus terlebih dulu mengecek kelebihan dari potensi tambahan produksi yang mungkin ada di lapangan, seperti di Blok Cepu.

Selain itu, Satya juga mendorong pemerintah untuk segera mulai membangun refinery (kilang minyak) walaupun hal itu tidak berimplikasi pada tahun anggaran 2013.

"Sebab itu merupakan proyek jangka panjang yang kita harapkan supaya kita bisa mengimpor `crude oil` (minyak mentah) lebih besar daripada impor `fuel` (BBM) atau produk jadi," tuturnya.

Selanjutnya, Satya berpendapat pengurangan subsidi BBM secara bertahap juga dapat mengurangi defisit neraca berjalan yang selama ini dialami Indonesia.
(Y012)

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013