Yerusalem (ANTARA) - Konflik bersenjata di Gaza telah memasuki hari ke-100 pada Minggu, ketika PM Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melanjutkan operasi militer di wilayah kantong Palestina itu sampai “kemenangan total” tercapai.

 “Kita harus melanjutkan perang ini, dan ini akan memakan waktu berbulan-bulan,” kata Netanyahu meski ada seruan internasional untuk menghentikan perang karena krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.

Dalam rapat kabinet mingguan, Netanyahu mempresentasikan proposal anggaran 2024 kepada pemerintah untuk berbagai rencana, termasuk kenaikan pajak dan penerapan pengurangan anggaran baju seragam sebesar 3 persen untuk semua kementerian, yang hasilnya akan dipakai untuk membiayai perang melawan Hamas.

"Pada saat ini, yang dibutuhkan adalah, pertama-tama, untuk menutupi biaya perang dan memungkinkan kita untuk melanjutkan perang dan menyelesaikannya," ujar Netanyahu kepada para menteri.

Pernyataan tersebut disampaikan ketika Israel menunggu keputusan dari Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, yang kemungkinan akan memutuskan penentangan terhadap serangan besar-besaran Israel yang melumpuhkan Gaza.
 
  Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Kfar Kila, Lebanon, pada 21 Desember 2023. (Xinhua/Ali Hashisho)


Diluncurkan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, serangan tanpa henti Israel di Gaza yang padat penduduk telah menewaskan sedikitnya 23.843 orang, sekitar 75 persen di antaranya adalah wanita, anak-anak, dan orang tua, menurut kantor media Hamas.

Serangan Israel juga telah membuat sebagian besar penduduk Gaza, yang berjumlah sekitar 2,3 juta jiwa, terpaksa mengungsi dan sebagian besar wilayah tersebut hancur.

Sejak Sabtu (13/1), ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv dan beberapa kota besar lainnya. Mereka menyerukan pemulangan para sandera dan pergantian pemerintahan.

Dalam serangan 7 Oktober tahun lalu, militan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang, termasuk 790 warga sipil, dan menculik lebih dari 200 orang, 132 di antaranya masih ditahan di Gaza, menurut otoritas Israel.

Menurut data militer Israel pada Minggu (14/1), sejak pecahnya perang tersebut, pasukannya telah menewaskan sekitar 9.000 milisi di Gaza.

Selain itu, 170 milisi dari kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah dan faksi Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Lebanon.

Militer Israel, yang mengerahkan sekitar 295.000 tentara cadangan, telah melancarkan serangan di sekitar 30.000 lokasi di daerah kantong Palestina seluas 365 km persegi tersebut dan 750 lokasi di Lebanon.
 
   Tentara Israel melakukan operasi militer di Jalur Gaza, pada 11 Januari 2024. (Xinhua/Gil Cohen Magen)


Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah pada Minggu mengatakan dalam sebuah pidato bahwa kelompoknya "tidak takut perang, dan tidak ada pembicaraan sebelum perang di Gaza berakhir."

Menurut Nasrallah, "Israel terperosok dalam kegagalan dan berada di lubang yang dalam... Mereka belum mencapai tujuan-tujuan yang telah dideklarasikan maupun yang belum dideklarasikannya sebagaimana dinyatakan dengan suara bulat oleh rakyat Israel sendiri."

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024