Jakarta (ANTARA News) - Apresiasi seni pertunjukan di kalangan pelajar belum maksimal karena para seniman sering mengalami kendala birokrasi dalam memperkenalkan kesenian di sekolah, kata pelaku seni Nungki Kusumastuti di Jakarta, Selasa.
"Beberapa sekolah minta surat ini dan surat itu. Yang lain malah menolak karena lebih memilih pelajaran komputer dan sejenisnya," kata wanita yang juga Pembantu Dekan Bidang Akademis Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu.
Dia mengatakan, saat ini terdapat sekitar empat ratus Sekolah Menengah Umum (SMU) di Jakarta dan hanya sedikit yang menempatkan seni pertunjukan, seperti tari, teater, dan musik sebagai mata pelajaran wajib.
Sebagian besar dari SMU tersebut hanya menempatkan kesenian sebagai mata pelajaran pelengkap. Bahkan, ada yang tidak mencantumkan kesenian dalam daftar mata pelajaran.
Hal itu, menurut dia, jika berlangsung lama akan menghilangkan apresiasi seni pertunjukan di kalangan generasi muda dan mematikan kesenian nasional.
Sebagai solusi, dia telah mengusulkan kepada Dewan Kesenian Jakarta untuk membahas masalah itu dengan pihak terkait sehingga kesenian bisa mendapatkan apresiasi yang maksimal di sekolah.
Bersama seniman-seniman kawakan Indonesia, dia berusaha meningkatkan apresiasi terhadap seni pertunjukan dengan memperbanyak jumlah pertunjukan bagi pelajar. Aktivitas itu dilakukannya selama sepuluh tahun terakhir.
Dalam wadah Forum Apresiasi Seni Pertunjukan (Forum ASP) yang didirikannya, dia berusaha menumbuhkan apresiasi seni pelajar dengan mengadakan pertunjukan langsung di beberapa SMU. Selain itu, Forum ASP juga melibatkan para pelajar dalam beberapa pertunjukan di berbagai tempat.
"Kami memilih siswa SMU karena sebentar lagi mereka akan memasuki dunia profesi, sehingga pemahaman tentang seni dapat langsung diterapkan," katanya.
Sampai saat ini aktivitas tersebut baru dilakukan di Jakarta, namun Nungki optimistis kegiatan tersebut akan terus berkembang hingga ke daerah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006