Operasi militer Israel telah menyebarkan kehancuran massal dan menewaskan warga sipil dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatan saya sebagai sekretaris jenderal
PBB (ANTARA) - Laporan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa lebih dari 25.000 kematian tercatat di daerah konflik Gaza sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023, sementara serangan "intens" Israel di Gaza maupun tembakan roket Palestina ke Israel masih terus berlanjut pada Senin (22/1).

Merujuk pada informasi dari otoritas kesehatan Gaza, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan bahwa 62.681 warga Palestina menderita luka-luka akibat serangan Israel. Serangan-serangan ini merupakan respons terhadap serangan yang dipimpin oleh Hamas di Israel, yang mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 lainnya disandera.

Dua tentara Israel terbunuh di Gaza sejak Jumat (19/1), kata OCHA, sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 193 orang sejak operasi darat dimulai, dan 1.203 tentara terluka, menurut militer Israel.

Pada periode yang sama, kata kantor koordinasi bantuan PBB itu, 343 warga Palestina tewas dan 573 lainnya terluka.

Berbicara pada pertemuan puncak negara-negara Kelompok 77 dan China di Kampala, ibu kota Uganda, pada Minggu (21/1), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menggambarkan Timur Tengah sebagai "kotak korek api", sebelum menyampaikan seruan untuk "mengerahkan segala upaya guna mencegah konflik berkobar di seluruh kawasan tersebut."

"Operasi militer Israel telah menyebarkan kehancuran massal dan menewaskan warga sipil dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatan saya sebagai sekretaris jenderal," kata Guterres, yang sebelumnya menegaskan kembali dukungannya untuk solusi dua negara bagi Israel dan Palestina.
 
  Asap mengepul setelah terjadi serangan udara Israel di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, pada 15 Januari 2024. (Xinhua/Yasser Qudih)

Menyoroti besarnya kebutuhan di kalangan warga Gaza setelah lebih dari tiga bulan menghadapi serangan "intens," OCHA mengatakan bahwa hanya ada 15 toko roti yang saat ini beroperasi di Gaza, "enam di Rafah dan sembilan di Deir al Balah," dan tidak ada satu pun yang beroperasi di sebelah utara Wadi Gaza.

Hampir semua toko roti yang masih beroperasi ini terus menerima dukungan dari Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) PBB yang menyediakan tepung, garam, ragi, dan gula.

"Melalui inisiatif ini, sekitar 250.000 orang dapat membeli roti dengan harga bersubsidi," kata OCHA dalam laporan terbarunya tentang keadaan darurat itu pada Minggu.

Sementara itu, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk Pengungsi Palestina, melaporkan pada Senin bahwa pemadaman telekomunikasi telah memasuki hari ketujuh.

Dalam laporan terbarunya, UNRWA mengungkapkan bahwa jumlah pengungsi internal di Gaza telah mencapai 1,7 juta orang. Dari jumlah tersebut, setidaknya 335 orang tewas saat berlindung di fasilitas milik badan PBB tersebut, sementara 1.161 orang luka-luka. Selain itu, sejak 7 Oktober, 151 anggota staf UNRWA telah terbunuh dan 141 instalasinya mengalami kerusakan.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024