Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan memiliki potensi curah hujan tinggi dengan klasifikasi awas.

"70 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Untuk periode akhir Januari 2024, wilayah yang memiliki potensi curah hujan tinggi dengan klasifikasi Awas terjadi di wilayah NTB dan Sulawesi Selatan," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan selain itu terdapat juga wilayah yang masuk dalam klasifikasi siaga, yakni provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan, dan Papua.

Sementara itu, wilayah dengan klasifikasi waspada, yakni Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat.

"Pada musim hujan, diimbau kepada masyarakat agar mengambil tindakan preventif untuk menjaga kondisi dengan mengkonsumsi makanan dan vitamin, menggunakan pakaian hangat, sedia payung atau jas hujan ketika beraktivitas di luar ruangan," katanya.

Baca juga: BMKG imbau masyarakat waspadai potensi cuaca ekstrem di wilayah Jawa

Baca juga: BMKG: Curah hujan berpotensi meningkat di NTB pada awal 2024


Selain itu, ia menambahkan, masyarakat juga diimbau untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sehingga terhindar dari penyebaran penyakit di musim hujan.

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan cuaca ekstrem masih mengancam sebagian besar wilayah Indonesia hingga Februari mendatang.

"Masyarakat diminta waspada dan siap-siaga akan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi," katanya.

Ia menambahkan potensi hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi masih memiliki peluang yang tinggi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.

Ia memaparkan sedikitnya terdapat tiga penyebab terjadinya cuaca ekstrem ini. Pertama, Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.

"Kondisi ini berpotensi dapat disertai adanya fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," katanya.

Kedua, kata Dwikorita, adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria dan di Samudra Hindia barat Sumatra yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, serta dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan sekitarnya.

Dan ketiga, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial.

"Kondisi tersebut dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia," paparnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024