Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kembali meminta agar Amerika Serikat (AS) menghormati kedaulatan China pasca kapal perusak milik AS USS John Finn berlayar melalui Selat Taiwan.

"China mencatat bahwa setelah pemilu di wilayah Taiwan, kami melihat pernyataan dan tindakan negatif dari pihak AS yang mengirimkan pesan yang salah kepada kelompok 'kemerdekaan Taiwan'," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Kamis.

Kapal perusak berpeluru kendali USS John Finn yang masuk dalam Armada ke-7 Angkatan Laut AS berlayar melalui Selat Taiwan pada Rabu (24/1). Angkatan Laut AS menyebut "USS John Finn melalui Selat Taiwan untuk menunjukkan komitmen AS dalam menegakkan prinsip kebebasan navigasi untuk semua bangsa. Tidak boleh ada anggota masyarakat internasional yang terintimidasi atau dipaksa menyerahkan hak dan kebebasan mereka."

"Saya ingin menekankan bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah China dan kami tetap teguh dalam tekad untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah negara," ungkap Wang Wenbin.

Apa yang dilakukan AS, menurut Wang Wenbin, melanggar prinsip "Satu China" dan Tiga Komunike bersama China-AS serta bertentangan dengan komitmen yang berulang kali ditegaskan oleh para pemimpin AS dengan menyatakan tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan'.

"Pemimpin AS mengatakan tidak mendukung 'dua China' atau 'satu China, satu Taiwan', dan tidak berusaha menggunakan masalah Taiwan sebagai alat untuk membendung China. AS harus segera menghentikan pelanggaran dan tindakan provokatif, berhenti menciptakan masalah yang merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," tegas Wang Wenbin.

Ia pun meminta agar AS dapat berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada kelompok "kemerdekaan Taiwan".

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan kapal USS John Finn berlayar ke arah selatan Selat Taiwan dan juga menambahkan, pihaknya memantau pergerakan tersebut dan situasinya "normal". Terakhir kali Angkatan Laut AS mengumumkan perjalanan kapal perang melalui Selat Taiwan pada awal November 2023.

Taiwan baru saja menyelenggarakan pemilu pada 13 Januari 2024 yang dimenangi kandidat dari partai berkuasa Partai Progresif Demokratik (DPP) William Lai Ching-te. Ia digambarkan sebagai pembela demokrasi Taiwan, namun Beijing menyebut dia "berbahaya" dan menjadi salah satu "kelompok separatis" sehingga dapat memicu konflik lintas Selat.

Saat ini Lai masih menjadi wakil pemimpin Tsai Ing-wen dan ini akan menjadi masa jabatan DPP ketiga secara berturut-turut.

Di bawah kepemimpinan pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik (DPP) sejak 2016, Taiwan mengambil sikap keras menentang Beijing serta prinsip "Satu China" yang mengatakan bahwa Taiwan merupakan wilayah di bawah kekuasaan Beijing.

Baca juga: Beijing tolak opsi "Satu China, Satu Taiwan"
Baca juga: China protes AS berikan komentar soal hasil pemilu Taiwan
Baca juga: China larang Amerika Serikat ikut campur dalam Pemilu Taiwan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024