Gianyar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Made Mangku Pastika mengatakan perlu upaya untuk menggencarkan pertanian organik di Provinsi Bali sebagai strategi dalam menjaga ibu pertiwi dan menjaga lingkungan yang berkelanjutan.

"Kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan merawat ibu pertiwi dan alam semesta karena kita sudah diberi anugerah yang luar biasa berupa kesehatan, alam yang hijau dan terpelihara," kata Pastika saat membuka Kelas Pertanian Eco Enzyme di Ubud, Kabupaten Gianyar, Sabtu.

Kegiatan pelatihan yang berlangsung selama dua hari (27 dan 28 Januari 2024) itu menghadirkan narasumber dua pakar pertanian dan pelopor gerakan eco enzyme internasional yakni Dr Joean Oon dan Lyu Ming dengan dihadiri sekitar 200 peserta dari Bali dan sejumlah daerah di Indonesia.

"Kita memiliki utang yang besar kepada alam dan kita dapat membayar utang melalui pertanian organik. Saya kagum dan kegiatan ini luar biasa karena makin banyak kalangan yang tertarik dengan pertanian organik. Dengan perbuatan ini kita semua adalah pahlawan lingkungan," ujar Pastika.

Gubernur Bali periode 2008-2018 itu menambahkan, dengan mengembangkan pertanian organik itu dalam ajaran Hindu juga merupakan penerapan filosofi Tri Hita Karana atau menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan lingkungan.

Menurut Pastika, sudah seharusnya kita tidak menjejali lagi tanah Bali ini dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia karena bersifat adiktif atau menjadi semacam candu sehingga terus memerlukan tambahan takaran pemakaian yang tentunya akan semakin merusak lingkungan.

"Harus ada gerakan untuk menyelamatkan lingkungan Bali dan Indonesia yang kita cintai ini. Kita semua sayang Bali, the Island of the Gods, dan Pulau Sorga ini," ujar anggota DPD yang tak mencalonkan diri lagi dalam Pemilu 2024 ini.

Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu pun menyebut penggunaan eco enzyme untuk pertanian dan pengembangan pertanian organik sekaligus dapat menghentikan penggunaan pupuk kimia yang meracuni dan merusak tanah.

Sementara itu, Weda Sugama selaku panitia penyelenggara kegiatan mengatakan kegiatan pelatihan tersebut diikuti para petani dan pecinta lingkungan tak hanya dari Bali, tetapi juga datang Medan, Bandung, Surabaya dan Jakarta.

"Semua berkumpul di sini karena mentor kita datang, kita dapat banyak ilmu. Miss Lyu ini adalah ahli, ia sudah mengaplikasikan eco enzyme di pertanian sejak lama," ujar Weda.

Eco enzyme merupakan hasil fermentasi sampah organik sisa buah atau sayuran, yang ditambah air dan gula yang memiliki banyak kegunaan. Eco enzyme ini tidak saja bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan juga sangat membantu kesuburan tanah pertanian.

Dalam kegiatan yang digelar ini khusus membahas pertanian karena dinilai sangat penting. "Banyak hal yang akan didapatkan dari kelas-kelas ini. Pada dasarnya tidak sulit, bertani yang betul-betul gampang, simpel dan sangat bagus dampaknya untuk kesehatan," katanya.

Dalam kelas tersebut juga akan dibahas tentang nutrisi dan membedakan antara produk pertanian organik dan anorganik.

"Banyak petani yang telah bercocok tanam dengan organik tapi setelah dijual dicampur dengan anorganik dan tidak bisa membedakannya. Jadi di sini kita pelajari bagaimana membedakan produk yang organik dan anorganik," ujarnya.

Baca juga: Mentan sebut padi organik bisa jadi alternatif atasi krisis pangan
Baca juga: PJ Gubernur Bali bagikan pupuk hayati cair dukung pertanian organik
Baca juga: Pastika: Bali butuh pahlawan pertanian untuk gugah minat generasi muda

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024