Ternyata memang di Lasem tempat terjadi akulturasi, perbauran antara masyarakat santri dan masyarakat Tionghoa.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin berharap santri Pondok Pesantren Kauman di Lasem, Jawa Tengah, terus mempertahankan konsep multikultural dengan hidup rukun berdampingan bersama masyarakat Tionghoa di sana.

"Saya senang budaya (toleransi) multikultural di Lasem ini terus dipertahankan, inilah kekayaan Lasem, inilah kekayaan buat Indonesia dan buat kita semua," ujar Wapres.

Demikian disampaikan Wapres saat menghadiri Peringatan Haul Ke-52 K.H. Ma'shoem Ahmad, Khotmil Qur'an, Rajabiyyah, dan Harlah Ke-101 NU di Pondok Pesantren Kauman Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Sabtu, sebagaimana siaran pers yang diterima di Jakarta.

Pondok Pesantren (Ponpes) Kauman di Kecamatan Lasem yang dibangun oleh keturunan K.H. Ma'shoem Ahmad dikenal dengan “Tiongkok Kecil” karena pengaruh budaya Tiongkok yang begitu kental. Hingga kini, warga santri hidup rukun dengan masyarakat Tionghoa yang tinggal di wilayah itu.

Wapres mencermati bahwa interaksi antarbudaya muslim dan etnik Tionghoa di Lasem telah terjadi jauh sebelum Indonesia merdeka.

"Ternyata memang di sini (Lasem) tempat terjadi akulturasi, perbauran antara masyarakat santri dan masyarakat Tionghoa. Jadi, daerah ini menggambarkan sebagai daerah yang toleran sejak abad-abad ke-16, ke-17," ujarnya.

Menurut Wapres, bertahannya konsep multikultural di daerah tersebut turut menyebabkan Indonesia dikenal dunia dengan toleransinya.

"Jadi, sebenarnya ini contoh, dan ini barangkali yang menginspirasi sehingga Indonesia itu sekarang dikenal sebagai negeri yang paling toleran di dunia," ucap Wapres.

Lebih jauh Wapres mengungkapkan bahwa sebelumnya beberapa utusan dari Majelis Hukama al-Muslimin (MHM), yakni persatuan cendekiawan muslim sedunia yang berpusat di Abu Dhabi datang menemuinya untuk belajar toleransi.

Menurut pengakuan utusan tersebut, Indonesia merupakan negeri paling toleran yang bisa menjadi contoh bagi kehidupan.

"Bahkan, mereka mengatakan sekarang ini bukan saatnya lagi kitab-kitab, buku berbahasa Arab diterjemahkan ke bahasa Indonesia, seharusnya justru buku-buku yang berbahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kenapa? Karena banyak nilai-nilai yang terkandung di Indonesia yang bisa menjadi pelajaran buat kehidupan global," papar Wapres.

Ma'ruf Amin menambahkan, "Ini rupanya juga peran Lasem di sini memberikan informasi terhadap kehidupan toleransi di Indonesia."

Baca juga: Wapres: Penonaktifan fungsionaris PBNU konsekuensi aturan organisasi
Baca juga: Wapres: Menteri mau mundur itu haknya


Sejalan dengan Wapres, Pengasuh Ponpes Kauman Lasem K.H. Moch. Zaim Ahmad Ma’shoem juga mengungkapkan kehidupan toleransi antara umat Islam dan masyarakat Tionghoa telah terjadi di Lasem jauh sebelum Indonesia merdeka. Mereka berjuang bersama melawan penjajah Belanda sekitar tahun 1740.

"Interaksi masyarakat Lasem yang telah terjadi pada saat itu melawan koloni Belanda, perang, menunjukkan bahwa memang interaksi sudah terjadi sejak sebelum itu," ungkap Kiai Zaim.

Ia melanjutkan, "Semoga kehadiran panjenengan makin memperteguh dan makin melanggengkan nilai-nilai toleransi, nilai-nilai moderasi yang telah diciptakan yang telah ditanamkan oleh muasis (pendiri) Kota Lasem."

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024