“Untuk mendorong pengembangan teknologi digital, diperlukan akselerasi aksi dari seluruh pemangku kepentingan di berbagai sektor. Sektor telekomunikasi telah menjadi sektor yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan jalannya pembangunan di Indonesia,” kata Dirjen Wayan Toni dalam acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara Telkomsel dan Google untuk pengembangan Rich Communication Services (RCS) dengan Rich Business Messaging (RBM) di Jakarta, Senin.
Dia menuturkan bahwa Kemenkominfo selaku regulator telekomunikasi yang berperan dalam penyusunan kerangka kebijakan dan regulasi untuk mendukung pembangunan infrastruktur komunikasi, perlu memastikan agar berjalan efektif dan sportif, serta mampu menciptakan iklim kompetisi yang sehat bagi para pelaku industri telekomunikasi.
“Berbagai bentuk kemitraan yang akan dijalankan oleh industri adalah suatu keniscayaan sebagai wujud adaptasi dalam kerja sama yang saling menguntungkan bagi para pihak di dalam ekosistem industri khususnya di bisnis telekomunikasi,” katanya menjelaskan.
Baca juga: Kemenkominfo ajak masyarakat pantau kualitas layanan telekomunikasi
Dalam sambutannya, Dirjen Wayan Toni memaparkan bahwa untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045, saat ini pemerintah terus mendorong percepatan transformasi digital, salah satunya dengan pengembangan teknologi digital yang terus berkembang dengan cepat sehingga evolusi teknologi digital saat ini telah mengubah dunia telekomunikasi dengan konvergensi dunia telekomunikasi dan internet telah menjadi pendekatan utama.
"Pada tahun 2045 secara global, diperkirakan konektivitas jaringan sudah mencapai era 6G dan 7G dengan akses home connect hingga 1 Terabites per second. Penerapan teknologi masa depan seperti otomatisasi, robotika, artifical inteligence, metaverse, komputasi kuantum, dan berbagai perangkat canggih lain, diperkirakan terpenetrasi secara global dan dimanfaatkan berbagai negara untuk mendorong pertumbuhan produktivitas dan daya saing," imbuh dia.
Dia melanjutkan bahwa teknologi perpesanan RCS yang dipasarkan sebagai advance messaging mulai dikembangkan sejak 2007 dan kerap diposisikan sebagai pengganti SMS dan MMS. Popularitas generasi itu mulai kalah dengan aplikasi perpesanan lain yang sangat beragam. Hal itu karena pesan teks SMS dan MMS tidak mendukung enkripsi, tanda terima telah dibaca, pesan grup, animasi stiker, serta pesan yang terbatas pada koneksi selular dan batasan jumlah karakter kiriman.
Baca juga: Dirjen Kemenkominfo usul industri pos, logistik, kurir berkolaborasi
"RCS memungkinkan pengguna memanfaatkan banyak fitur yang sebelumnya eksklusif untuk platform perpesanan terbuka saat ini. RCS digunakan melalui koneksi selular ataupun tautan wifi, sehingga SMS nantinya dapat berfungsi sebagai cadangan. Layanan pesan ini bukanlah sebagai pengganti atau pesaing aplikasi perpesanan instan," tegasnya.
Lebih lanjut Wayan mengatakan Kemenkominfo menyadari bahwa terdapat berbagai tantangan dalam upaya penyelenggaraan telekomunikasi dalam menjalankan persaingan di industri tersebut. Kemitraan strategis dengan para pihak seperti antara Telkomsel dan Google dengan dukungan GSMA, menjadi momen penting bagi dunia industri untuk terus bergerak saling mendukung dalam ekosistem, sehingga dapat menjadi bagian upaya penyelenggaraan telekomunikasi khususnya untuk meningkatkan profitabilitas.
"Kesehatan industri menjadi penting pada tekanan kondisi disrupsi teknologi global saat ini melalui kolaborasi, baik antarpenyelenggara komunikasi maupun dengan para penyedia platform pesan yang pada akhirnya dapat mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi bangsa menuju Indonesia Maju 2045," terang dia.
Wayan berharap kerja sama pengembangan layanan RCS kali ini dapat berjalan baik, sehingga menjadi pemicu bagi terciptanya bentuk-bentuk kolaborasi lain berikutnya. Tanpa adanya kolaborasi yang saling membutuhkan, Wayan menambahkan, maka akan sulit bagi setiap pelaku usaha untuk terus dapat bertahan pada dinamika pasar dan teknologi digital.
Baca juga: Indonesia calonkan jadi anggota Postal Operations Council
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024
