Markas PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Senin (29/1) mengecam kekerasan mematikan akhir pekan lalu di Daerah Administratif Abyei yang disengketakan, yang menewaskan dua penjaga perdamaian dan sejumlah warga sipil, kata juru bicaranya.

"Sekjen mengecam kekerasan dan serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian serta menyerukan kepada pemerintah Sudan Selatan dan Sudan untuk segera menyelidiki serangan tersebut, dengan bantuan pasukan penjaga perdamaian, yang dikenal sebagai UNISFA, dan membawa pelakunya ke pengadilan," kata Stephane Dujarric, jubir Guterres.

"Dia mengingatkan semua pihak bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB mungkin merupakan kejahatan perang," kata Dujarric.

Dia mengatakan Guterres menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga para penjaga perdamaian asal Ghana dan Pakistan maupun warga sipil Abyei yang tewas, sekaligus kepada pemerintah serta rakyat kedua negara.

Para pejabat di Juba, Sudan Selatan, pada Minggu (28/1) mengonfirmasi sedikitnya 42 orang tewas akibat bentrokan yang terjadi pada Sabtu (27/1) antara pemuda bersenjata dari komunitas Twic dan Ngok Dinka.

Sekjen Daerah Administratif Khusus Abyei Rou Manyiel Rou menyebutkan serangan-serangan di wilayah Nyinkuac, Majbong, dan Khadian oleh pemuda bersenjata dari komunitas Twic dan pemuda yang loyal kepada pemimpin spiritual mereka, Gai Machiek, juga telah melukai 35 orang.

Simon Aguek Chan, komisaris Wilayah Twic di Negara Bagian Warrap, mengatakan bahwa pemuda dari wilayah mereka tidak terlibat dalam kekerasan di Daerah Administratif Abyei.

Dia menambahkan bahwa pertikaian itu terjadi antara pemuda bersenjata asal Nuer yang menetap di Abyei dan pemuda Ngok Dinka setempat.

Abyei terletak di perbatasan antara Sudan dan Sudan Selatan. Wilayah itu mendapatkan status administratif khusus menurut Perjanjian Perdamaian Komprehensif 2005.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024