BI terus memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) terus memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial guna mendorong pertumbuhan kredit perbankan.

“BI terus memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Selasa.

Perry mengatakan penguatan kebijakan makroprudensial ditempuh melalui empat strategi.

Pertama, meningkatkan efektivitas implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang memiliki daya ungkit besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Langkah itu dilakukan melalui pemetaan secara berkala atas sektor-sektor prioritas tersebut.

Perry mengungkap Implementasi KLM telah memberikan tambahan likuiditas ke sektor keuangan sebesar Rp165 triliun per posisi Desember 2023, atau meningkat sebesar Rp56 triliun sejak penerapan KLM pertama kali di 1 Oktober 2023.

Strategi kedua, menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 bps dari 6 persen menjadi 5 persen untuk Bank Umum Konvensional (BUK), dengan fleksibilitas repo sebesar 5 persen; dan rasio PLM syariah sebesar 100 bps dari 4,5 persen menjadi 3,5 persen untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah (BUS/UUS), dengan fleksibilitas repo sebesar 3,5 persen.

Penurunan tersebut berlaku efektif sejak 1 Desember 2023.

“Penurunan ini ditujukan untuk memberikan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan dalam penyaluran kredit dan mendorong pendalaman pasar keuangan, yang berlaku efektif sejak 1 Desember 2023,” ujar Perry.

Strategi ketiga, melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit Properti menjadi paling tinggi 100 persen untuk semua jenis properti untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti.

Juga melanjutkan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaraaan bermotor baru, dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

Kemudian strategi keempat, BI tetap mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0 persen; dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94 persen.

Baca juga: BI: Faktor pemberitaan jadi salah satu penyebab rupiah melemah

Baca juga: BI sebut 475 daerah terapkan QRIS untuk pembayaran pajak

Baca juga: BI: Inflasi 2023 terjaga berkat sinergi erat antara pemerintah dan BI

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024