Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 tercatat 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sesuai dengan perkiraan
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Josua Pardede mengatakan perekonomian Indonesia pada 2023 mampu tumbuh sesuai dengan prediksi di atas 5 persen.

“Pertumbuhan ekonomi tahun 2023 tercatat 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sesuai dengan perkiraan,” kata Josua saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Pertumbuhan ekonomi 2023 terbilang lebih lambat dibandingkan 2022 yang tercatat 5,31 persen yoy.

Menurut ekonom Bank Permata itu, perlambatan tersebut disebabkan oleh normalisasi dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2022 yang telah mencatatkan basis yang tinggi (high base).

Selain itu, faktor perlambatan ekonomi global juga turut memengaruhi penurunan harga komoditas ekspor yang berimplikasi pada penurunan kinerja net ekspor sepanjang 2023.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan kinerja ekspor secara kumulatif pada 2022 mencapai 16,28 persen yoy, sementara pada 2023 pertumbuhannya sebesar 1,32 persen yoy.

Di sisi lain, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menunjukkan kinerja yang membaik, dengan pertumbuhan 4,04 persen yoy pada 2023 dibandingkan dengan 3,87 persen yoy pada 2022.

“Peningkatan PMTB ditopang oleh kenaikan investasi bangunan yang tumbuh 4,04 persen yoy, sejalan dengan solidnya investasi publik, terutama terkait dengan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN),” ujar Josua.

Sedangkan laju investasi non-bangunan mengalami perlambatan di tengah normalisasi harga komoditas pertambangan, seperti batu bara, tercermin pada penurunan penjualan alat besar sekitar -10 persen sepanjang 2023.

Hal itu dinilai sejalan dengan perlambatan ekonomi global yang berimplikasi pada penurunan volume ekspor Indonesia sepanjang 2023.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sekitar 53 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) 2023 dinilai tetap solid meski di tengah peningkatan inflasi harga bergejolak yang dipengaruhi oleh El Nino.

Meski kinerja konsumsi rumah tangga melambat, dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen pada 2023, namun komponen pengeluaran tersebut masih menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 2,55 persen.

Menurut Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh inflasi yang terkendali dan daya beli masyarakat yang terjaga.

Baca juga: Indef nilai pertumbuhan ekonomi RI sepanjang 2023 belum maksimal

Baca juga: BPS sebut perekonomian RI 2023 tumbuh solid

Baca juga: BPS sebut ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen sepanjang 2023

 

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024