Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang, Jakarta Timur, membekali puluhan pegawainya dengan literasi digital untuk membangun persepsi positif di masyarakat tentang instansi pemerintah tersebut.

Kepala Lapas Kelas I Cipinang Prayer Manik dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, mengatakan, persepsi dan stigma negatif begitu kental ketika diasumsikan dengan kata penjara atau lembaga pemasyarakatan (lapas).

Bahkan, lanjutnya, kata menyeramkan, kejahatan dan serba hitam adalah hal-hal yang biasanya dianggap melekat dengan lapas.

"Tak bisa dipungkiri, banyak yang menganggap lembaga pemasyarakatan adalah tempat buangan. 'Image' (citra) yang langsung muncul serba tidak baik, hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, pemberontakan dan narkoba," kata Prayer.

Padahal di dalam lapas, pihaknya sekuat tenaga membekali dan menyiapkan para warga binaan untuk bisa kembali terintegrasi ke masyarakat menjadi manusia seutuhnya.

Baca juga: Kanwil Kemenkumham simulasikan pencoblosan pemilu di Lapas Cipinang

Untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap situasi tersebut, Prayer menyiapkan internalnya agar dapat menyebarkan informasi yang faktual dan terpercaya dengan memanfaatkan kanal digital.

"'Mindset' (pemikiran) harus diubah dan itu harus dimulai dari kami sendiri. Bicara soal instansi pemerintah, berarti tak terlepas dari pelayanan mumpuni di semua lini," ujarnya. 

Saat ini, Lapas Kelas I Cipinang telah melakukan serangkaian transformasi dan inovasi untuk meningkatkan layanan bagi warga binaan.

Hal antara lain, bengkel kegiatan kerja yang lengkap mulai dari "workshop" batik, kopi, kerajinan tangan (art & craft), toko roti (bakery) hingga digital.

Bahkan, semua produk-produk warga binaan Lapas Cipinang telah dipasarkan melalui saluran "e-commerce" atau transaksi jual beli melalui media elektronik (internet).

Baca juga: Lapas Cipinang musnahkan senjata tajam milik warga binaan

Kemudian, juga penyediaan layanan bagi disabilitas dan peningkatan kualitas makanan warga binaan.

"Beragam program dan peningkatan sarana prasarana kami siapkan di Lapas Cipinang demi peningkatan keterampilan dan kemandirian warga binaan. Informasi positif ini yang ingin kami sampaikan di digital khususnya media sosial yang akhir-akhir ini kita lihat dipenuhi oleh amarah dan caci maki," ucap Prayer. 

Sementara itu, praktisi media Rahayuningsih menegaskan pentingnya internal untuk dapat mengikuti perkembangan budaya digital untuk membantu instansi atau organisasi tetap relevan, adaptif terhadap perubahan dan efektif dalam penggunaan teknologi.

"Dinamika kehidupan kita saat ini erat sekali dengan perkembangan digital. Bagaimana kita sebagai individu dam instansi tetap menjadi fleksibel dan selalu 'up to date' untuk menjawab tantangan baru sehingga organisasi tidak ketinggalan," ucapnya.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024