Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga.
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memperkirakan pertumbuhan perekonomian di wilayah ini sepanjang 2024 akan tetap kuat dengan dukungan permintaan domestik.

"Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)," kata Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, di Semarang, Rabu.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, kata dia lagi, didorong beberapa faktor, seperti kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), upah minimum provinsi (UMP) 2024, dan stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut.

Sedangkan kenaikan konsumsi LNPRT, kata dia lagi, dipengaruhi oleh penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024.

Pada tahun ini, Rahmat memperkirakan kinerja investasi dan sektor konstruksi Jateng juga akan meningkat seiring dengan percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditargetkan akan selesai pada 2024.

Sebagai pembanding, kata dia pula, pada triwulan IV-2023 menunjukkan perekonomian tumbuh positif sebesar 4,73 persen (year on year), meski melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,92 persen.

Dari sisi pengeluaran, kata dia lagi, sumber pertumbuhan ekonomi terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga yang memiliki andil terhadap PDRB (pendapatan domestik regional bruto) sebesar 3,32 persen dan tumbuh sebesar 5,65 persen (yoy), termasuk perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Hasil Survei Konsumen (SK) juga menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi berada pada level optimistis atau di atas 100, yakni sebesar 134,63, meningkat dibanding triwulan III-2023 (133,70).

Selain itu, perekonomian Jateng juga didorong oleh kinerja investasi yang tumbuh sebesar 4,02 persen (yoy) dan perbaikan kinerja ekspor yang tercatat tumbuh 4,74 persen (yoy) di tengah permintaan global belum kembali normal.

Untuk capaian inflasi sembilan kota gabungan di Jateng pada Januari 2024, kata dia lagi, sebesar 2,69 persen (yoy) atau masih berada di rentang sasaran target inflasi 2,5 plus minus 1 persen.

Secara spasial, seluruh kabupaten/kota IHK (indeks harga konsumen) di Jateng mengalami deflasi, dengan yang terdalam di Kabupaten Rembang, Kabupaten Wonosobo, dan Kota Semarang.

Ia menjelaskan deflasi disebabkan tiga faktor, yakni normalisasi permintaan masyarakat seiring "festive season" natal dan tahun baru yang sudah usai, peningkatan pasokan seiring panen komoditas hortikultura, dan penurunan harga BBM seiring turunnya harga minyak dunia.

"Penurunan inflasi tertahan oleh kenaikan harga komoditas pangan, seperti beras, tomat, bawang putih, dan bawang merah, serta kenaikan harga sigaret kretek mesin (SKM)," kata Rahmat pula.
Baca juga: Pemprov Jateng optimistis investasi tidak terpengaruh tahun politik
Baca juga: BI Jateng perluas penyediaan rupiah di daerah 3T

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024