Koordinasi dan kolaborasi lintas stakeholder diperlukan dalam rangka memperkuat mitigasi bencana kepariwisataan di Labuan Bajo
Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengimbau pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengutamakan keamanan dan keselamatan berwisata.
 
 
"Koordinasi dan kolaborasi lintas stakeholder diperlukan dalam rangka memperkuat mitigasi bencana kepariwisataan di Labuan Bajo," kata Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kamis.
 
Frans Teguh menjelaskan sebagai satu dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang saat ini mengalami pergerakan wisatawan yang cukup signifikan.
 
Ia merinci pada 2023 tercatat sebanyak 408.151 jumlah kunjungan wisatawan dari total 800.074 pergerakan kunjungan wisatawan di Labuan Bajo.
 
 
Dari total pergerakan ini Balai Taman Nasional Komodo (TNK) sendiri mencatat sebanyak 300.488 wisatawan melakukan kunjungan ke Kawasan TNK sepanjang tahun 2023.
 
 
Dengan arus pergerakan wisatawan ke Labuan Bajo dan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kawasan TNK untuk melakukan aktivitas bahari, lanjut dia, maka aktivitas kapal wisata di Kawasan Perairan TNK juga meningkat, sehingga jaminan keamanan dan keselamatan wisatawan saat melakukan perjalanan di perairan Labuan Bajo perlu menjadi perhatian khusus dan prioritas bagi otoritas setempat dan seluruh pemangku kepentingan.
 
"Ada tiga hal yang harus kita cermati terkait dengan penanganan kegiatan berwisata yang berisiko tinggi yang juga harus dikelola dengan baik. Pertama terkait informasi terpadu yang berkenaan dengan civitas manajemen, sehingga wisatawan tahu kemana mereka bisa membooking TA/TO (tour agent/tour operator) yang resmi. Kedua terkait Safety dan Security yang sesuai standar keamanan kapal seperti tersedianya life vest jacket, tabung hydrance, sekoci, dan perlengkapan keamanan lainnya. Ketiga adalah kolaborasi terpadu, baik untuk memitigasi atau mengurangi risiko. Lalu jika misalnya kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi, ada penanganan dan sejauh ini penanganan tersebut responnya sangat cepat," katanya.
 
 
Frans menambahkan kasus kecelakaan kapal yang terus berulang di perairan Labuan Bajo seperti yang terjadi pada KLM Carpe Diem yang membawa dua wisatawan asing asal Kanada mengalami insiden kebakaran di sekitar perairan Pulau Siaba, Kawasan TNK, pada Sabtu (3/2) sore, menjadi perhatian serius yang membutuhkan perencanaan mitigasi kebencanaan yang diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan di kawasan perairan.
 
 
Lebih lanjut dia menjelaskan, sebagai satuan kerja Kemenparekraf yang berkantor di Labuan Bajo, BPOLBF terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan lintas pemangku kepentingan, baik dengan otoritas setempat mulai dari Syahbandar, Basarnas, Polairud Polres Manggarai Barat, Balai TNK, Dispar Manggarai Barat, Lanal Labuan Bajo, Satpamobvit Polres Manggarai Barat dan instansi pemerintah lainnya maupun asosiasi kapal wisata yang selama ini siap sedia berkoordinasi dan berkolaborasi, serta merespon cepat segala kejadian darurat demi mengantisipasi agar musibah serupa tidak terjadi karena akan berdampak pada citra pariwisata Labuan Bajo.
 
 
"Koordinasi lintas stakeholder ini merupakan bentuk kesiapan command center yang kami harapkan dapat meminimalisir potensi kebencanaan. Kami juga mengimbau para pelaku industri parekraf di Labuan Bajo termasuk BPOLBF sendiri untuk mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas keselamatan sesuai standar dan selalu mengecek kelaikan kapal sebelum berlayar, dan wajib mengurus clearance sebelum berlayar agar tetap berada dalam pemantauan otoritas pelabuhan," katanya.
 
 
Demi keamanan dan kenyamanan wisatawan, BPOLBF mengingatkan 4 hal bagi pelaku perjalanan wisata yakni pertama mencari referensi legalitas operasional travel agent, tour operator, kapal wisata yang terdaftar resmi.
 
 
Kedua, melakukan cek dan recek terkait kondisi iklim yang tepat untuk berlibur ke pulau.
 
 
Ketiga, memastikan kondisi badan fit dan mampu beraktivitas dengan baik. Apabila ada keluhan, untuk segera melaporkan ke guide atau bisa mengecek kondisi di fasilitas kesehatan puskesmas maupun rumah sakit. Memberikan informasi riwayat kesehatan kepada operator wisata sehingga dapat diantisipasi perlakuan kesehatan khusus apabila diperlukan.
 
 
Keempat, menyimpan nomor kontak darurat agar tahu harus menghubungi siapa saat mengalami musibah selama dalam perjalanan.

Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Kampung Adat Todo Manggarai NTT meningkat

Baca juga: BPOLBF target puluhan investor untuk pengembangan Parapuar

Baca juga: Pelaku pariwisata Labuan Bajo undang agen wisata Tiongkok

Baca juga: BPOLBF bangun kolaborasi pengembangan wisata tematik budaya Lembata

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024