Jakarta (ANTARA) - Pengamat sekaligus peneliti film Hikmat Darmawan mengatakan bahwa pemerataan bioskop di daerah-daerah Indonesia menjadi salah satu kunci untuk mendorong kemajuan industri film tanah air.

Hikmat menyoroti adanya ketimpangan persebaran bioskop di Indonesia, dengan 60 persennya terkonsentrasi di Jabodetabek. Kondisi ini mengakibatkan film-film Indonesia, meskipun populer, hanya mampu meraih paling banyak 10 juta penonton karena keterbatasan slot dan layar bioskop.

Hikmat di Jakarta, Jumat, mengatakan saat ini film Indonesia dengan rekor penonton paling banyak adalah KKN di Desa Penari, yang menyedot sekitar 10 juta penonton.

"Indonesia kan penduduknya 260 juta, tetapi kenapa film terbanyak yang ditonton itu cuma oleh 10 juta penonton Indonesia? Kenapa? Karena bioskop belum tersebar. 60 persen masih di Jabodetabek. Itu pun masih bisa digarap lebih banyak lagi," katanya.

Baca juga: Industri film Indonesia diprediksi sedot 60 juta penonton pada 2024

Dia mengatakan, jumlah layar bioskop di Indonesia saat ini mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan era 1980-an, yang bisa mencapai 6.600 layar.

"Sekarang kan menuju 2.500 layar saja ngos-ngosan. Dulu 6.600 layar berarti di atas kertas seluruh kabupaten kita ada bioskopnya. Artinya ada lapis bioskop juga, bioskop kelas A, B, C. Sekarang kan seolah-olah bioskop itu harus kelas A semua, harus mewah," kata dia menjelaskan.

Menurut Badan Perfilman Indonesia, saat ini terdapat 517 lokasi bioskop dengan jumlah layar sebanyak 2.145 layar yang tersebar di sekitar 115 kota/kabupaten di seluruh wilayah Indonesia.

Hikmat menilai bioskop kelas menengah ke bawah yang murah justru memiliki potensi besar untuk menjangkau masyarakat di kota-kota kecil.

"Menurut saya, di kota-kota kecil, bioskop yang murah adalah masa depan industri kita. Tapi kan orang berpikirnya (bioskop) kelas Plaza Senayan semua. Itu kan enggak realistis untuk penduduk Indonesia," ujar Hikmat.

Baca juga: Kemenparekraf sebut 20 film Indonesia capai rekor 1 juta penonton

Menurut dia, kondisi ini menyebabkan industri film Indonesia masih belum ideal, di mana jumlah bioskop tidak sebanding dengan proporsi penduduk dan potensi pasar yang besar.

Untuk itu, Hikmat menekankan pentingnya pemerataan persebaran bioskop di seluruh wilayah Indonesia untuk membuka potensi besar industri film dan meningkatkan jumlah penonton. Ini akan memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat di berbagai daerah untuk menikmati film di bioskop dan mendorong pertumbuhan industri film nasional.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat industri film nasional makin tumbuh positif sepanjang 2023, dan berhasil menyedot 55 juta penonton bioskop tanah air.

Tak hanya itu, bahkan tercatat ada 20 film Indonesia yang mendapatkan lebih dari 1 juta penonton pada tahun lalu.

Baca juga: Film nasional berpotensi berkembang di era layanan streaming

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Dessy Ruhati, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (5/2), mengatakan industri film Indonesia merupakan subsektor ekonomi kreatif yang pertumbuhannya sangat positif setelah pandemi COVID-19, dan menjadi salah satu penunjang pendapatan bagi sektor pariwisata di tanah air.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024