Hal itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono dalam sambutannya saat menyerahkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) 2009 kepada para Pimpinan Lembaga/Departemen dan Gubernur se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Senin.
"Jika ada proyek dengan dampak yang rendah atau tidak berarti sama sekali terhadap penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan, saya minta Meneg PPN tidak segan-segan mencoretnya, coret saja. Itu bisa ditunda tahun depan, tahun depannya lagi," kata Presiden.
Presiden mengatakan bahwa upaya untuk melakukan peningkatan kualitas belanja akan terus dilakukan pada 2009, antara lain melalui perbaikan efisiensi dan penajaman prioritas belanja, penyusunan anggaran berbasis kinerja, dan penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah.
"Prioritas belanja tahun 2009 akan kita arahkan pada peningkatan anggaran pendidikan, perbaikan kesejahteraan aparatur negara dan pensiunan, serta perlindungan sosial, antara lain melalui program BOS, Beasiswa pendidikan, Jamkesmas, Program Raskin, PNPM, dan BLT," katanya.
Peningkatan stimulus pertumbuhan yang berkualitas, lanjut Kepala Negara, diarahkan melalui pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, telekomunikasi dan kereta api, serta prasarana pertanian seperti irigasi, juga prasarana untuk mendukung ketahanan energi nasional, terutama jaringan listrik.
Mengingat Tahun Anggaran 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan akibat krisis ekonomi dunia, Presiden berkata, "untuk mencapai target-target ..., serta menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di tengah imbas krisis perekonomian global, diperlukan kerja keras kita semua dengan program yang semakin terkoordinasi dan semakin terpadu".
Pada kesempatan itu disebutkan tingkat pengangguran telah mengalami penurunan dari 9,8 persen pada Agustus 2007 menjadi 8,3 persen pada Agustus 2008 sedangkan tingkat kemiskinan menurun dari 16,6 persen (Maret 2007) menjadi 15,4 persen (2008).
Sementara itu capaian dalam APBN-P 2008 berhasil menekan defisit hingga mencapai 0,1 persen dari PDB, dibandingkan sasarannya 2,1 persen dari PDB karena pencapaian Penerimaan Negara dapat melampaui targetnya hampir 10 persen, dengan realisasi Belanja Negara tetap dapat maksimal hingga 99,6 persen sehingga terdapat dana lebih anggaran tahun lalu yang dapat dipakai tahun ini untuk lebih menggerakkan perekonomian, yaitu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi minimal 4,5 persen.
"Mari kita capai pertumbuhan setinggi-tingginya. Yang semuanya itu bisa digunakan untuk melindungi keluarga Indonesia, khususnya keluarga miskin dari krisis, dan sekaligus menciptakan lapangan kerja," kata Presiden.
Selain menyoroti faktor ketepatan waktu pemberian DIPA, Presiden mengaku belum puas dengan pola pengeluaran anggaran yang masih menumpuk pada triwulan terakhir.
"Saya berharap, pola ini bisa lebih merata setiap triwulan, khususnya tahun ini dimana siklus perekonomian diperkirakan akan lebih berat dalam paruh pertama dibandingkan dengan paruh kedua," katanya.
Dalam kesempatan itu Presiden menyerahkan DIPA 2009 secara simbolis kepada empat menteri yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Pertahanan, dan Menteri Pertanian dengan didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009