Rabat (ANTARA News) - Pemerintah Maroko pada Selasa menangkap seorang redaktur laman berita "Lakome" dan melayangkan tuntutan terhadap harian Spanyol "El Pais" karena telah menayangkan video Al Qaida yang mengajak aksi teror di negara itu.

Pria bernama Ali Anouzla yang merupakan redaktur laman berita "Lakome" berbahasa Arab ditahan di kantornya di Rabat, sementara polisi juga menyita perlengkapan komputernya, kata wartawan yang bekerja di laman itu.

Penangkapan itu didasari sebuah publikasi Lakome atas video dari Al Qaida wilayah Magrib Islam (AQIM) yang mengandung ajakan langsung untuk melakukan aksi terorisme di Maroko, kata jaksa penuntut umum dalam pernyataan.

Pihak Kementerian Kehakiman Maroko kemudian mengatakan pemerintah juga mengajukan tuntutan kepada harian Spanyol "El Pais" yang menayangkan video yang sama di laman internetnya.

Menteri Kehakiman Maroko, Mustafa Ramid, menghubungi Menteri Kehakiman Spanyol, Alberto Ruiz-Gallardon, guna menyampaikan kekhawatiran Rabat terkait tindakan yang dilakukan harian beraliran kiri-tengah itu, kata pihak kementerian.

Pengacara Anouzla mengatakan kliennya telah berada di bawah penahanan polisi di Kasablanka pada Selasa sore waktu setempat.

Anouzla diancam melanggar Undang-Undang Anti Terorisme di negara monarki itu.

Video berdurasi 41 menit yang dipublikasikan di internet oleh AQIM itu berjudul "Maroko : Kerajaan Korupsi dan Kelaliman". Video itu memuat ajakan untuk berbuat jihad di negara Afrika utara itu dan menggulingkan Raja Mohamed VI yang digambarkan sedang berada dalam pusaran api.

Kemunculan video itu merupakan yang pertama kali di Maroko sejak jaringan AQIM terbentuk di negara itu pada 2007.

Video yang juga diunggah ke laman populer YouTube sudah ditarik kembali dengan alasan video itu melanggar kebijakan terkait kekerasan.

Lakome adalah sebuah laman berita independen yang tersedia dalam Bahasa Arab dan Prancis di Maroko. Laman yang sering mengeritik pemerintah itu merilis pernyataan yang mengutuk penangkapan Anouzla.

Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa keputusan yang diambil jaksa penuntut umum berlebihan dan Lakome menegaskan bahwa pihaknya telah menjelaskan sejak awal bahwa video itu merupakan sebuah propaganda.

"Bahkan penayangan video AQIM merupakan praktik umum yang dilakukan media internasional," kata Lakome.

Anouzla adalah seorang wartawan berpengalaman yang pernah bekerja di harian pan-Arab "Asharq Al-Awsat" yang dikenal sering bersebrangan paham dengan institusi pemerintah Maroko dan pernah diadili sebelumnya.

Keputusan Lakome untuk menyebarkan link video tersebut sebelumnya telah mendapat kritik tajam dari media pro-rezim di Maroko.

Maroko sering mendapat serangan milisi Islam dalam satu dekade terakhir, terutama di Kasablanka pada 2003, ketika 12 pelaku bom bunuh diri meledakkan diri mereka dan menewaskan 33 orang. Aksi teror kemudian berlangsung di sebuah kafe di Marrakesh dua tahun silam, ketika 17 orang menjadi korban ledakan.

Tetapi insiden tersebut telah berhasil ditutupi dan pemerintah Maroko pun berjuang mati-matian untuk menggambarkan negara yang sangat tergantung pada pendapatan pariwisatanya itu sebagai pengecualian di dunia Arab dalam hal keamanan dan stabilitas politik.
(P012/M016)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013