Juba (ANTARA) - Sudan Selatan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (13/2) meluncurkan kampanye vaksinasi demam kuning reaktif sebagai bagian dari intervensi respons preventif usai dua kasus terkonfirmasi. 

Kampanye tersebut menargetkan sekitar 610.000 orang berusia sembilan bulan hingga 65 tahun di wilayah Yambio, Tambura Ezo, Ibba, dan Maridi di Negara Bagian Khatulistiwa Barat (Western Equatoria), tempat dua kasus terkonfirmasi demam kuning dilaporkan.

Humphrey Karamagi, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Sudan Selatan, mengatakan bahwa kampanye vaksinasi demam kuning ini sejalan dengan strategi global Menghapus Epidemi Demam Kuning (Eliminate Yellow Fever Epidemics/EYE) per 2026.

"Langkah reaktif ini bertujuan untuk melindungi populasi yang berisiko tinggi dan bertindak sebagai jembatan untuk mengintegrasikan demam kuning," kata Karamagi dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis di Juba, ibu kota Sudan Selatan.

Kampanye vaksinasi tersebut menggunakan dosis yang diperoleh dari persediaan vaksin demam kuning darurat global dari Kelompok Koordinasi Internasional (International Coordination Group/ICG) untuk Penyediaan Vaksin, yang didukung oleh pendanaan dari aliansi vaksin internasional, Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI).
 
Sekelompok pengungsi terlihat di pemukiman pengungsi Gorom di Juba, ibu kota Sudan Selatan, pada 7 Desember 2023. (Xinhua/Denis Elamu)   


Kampanye ini merupakan tanggapan terhadap wabah terkonfirmasi demam kuning pada 24 Desember 2023, dengan dua kasus yang terkonfirmasi oleh uji laboratorium teridentifikasi di Negara Bagian Khatulistiwa Barat. 

Kampanye ini dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Sudan Selatan lewat kerja sama dengan WHO, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), dan beberapa mitra lainnya.

"Guna mengatasi wabah ini, tim multidisiplin yang terdiri dari ahli epidemiologi, petugas kesehatan masyarakat, ahli entomologi, spesialis laboratorium, dan ahli komunikasi risiko melakukan investigasi epidemiologi yang ekstensif untuk menetapkan jangkauan wabah, mengidentifikasi faktor risiko/paparan, serta menerapkan langkah-langkah pengendalian dan pencegahan," kata Menteri Kesehatan Sudan Selatan Yolanda Awel Deng.

Demam kuning, penyakit demam berdarah (hemoragik) virus akut yang ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi, menimbulkan ancaman kesehatan masyarakat yang signifikan.

Ditandai dengan gejala-gejala seperti demam, sakit kepala, sakit kuning, nyeri otot, mual, muntah, dan kelelahan, penyakit ini dapat mengakibatkan komplikasi yang parah, dengan sekitar separuh dari penderitanya meninggal dalam waktu tujuh hingga 10 hari.

Hamida Lasseko, perwakilan UNICEF Sudan Selatan, mengatakan sangat penting untuk mengakhiri wabah ini dan menghentikan infeksi lebih lanjut, menambahkan bahwa imunisasi adalah sarana terbaik untuk menghentikan penyebarannya.

"Dengan penyaluran vaksin, serta persediaan dan peralatan terkait, ditambah dengan tenaga kesehatan terlatih dan masyarakat yang peka, kita dapat melindungi anak-anak dan masyarakat yang terdampak," kata Lasseko. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024