Para petugas menyita lebih dari sepuluh ribu barang senilai lebih dari satu juta baht (sekitar Rp433,68 juta).
Operasi penyitaan dipimpin oleh menteri yang terkait Kantor Perdana Menteri Thailand, Puangpet Chunla-iad, bersama dengan pejabat dari BMA dan OCPB.
Razia tersebut menyasar penjual rokok elektrik di lingkungan Pasar Khlong Thom, Nuan Chan, dan Senanikom.
Razia dilangsungkan setelah diketahui bahwa para pedagang menjual rokok elektrik secara ilegal. Para petugas yang menyamar menarik minat para penjual baik di toko maupun kios.
Setelah diperiksa, pihak berwenang menemukan sejumlah besar rokok elektrik dan cairan elektronik dari berbagai negara yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu item dan nilainya melebihi satu juta baht.
Selain itu, mereka menemukan catatan penjualan yang menunjukkan pendapatan harian hampir seratus ribu baht (sekitar Rp43,36 juta) untuk beberapa vendor.
Puangpet mengatakan, razia dilancarkan setelah ada keluhan masyarakat mengenai anak di bawah umur yang menggunakan rokok elektrik baik di dalam maupun di luar sekolah.
Apalagi, banyak ditemukan toko yang terang-terangan menjual rokok elektrik kepada remaja, baik di toko fisik maupun daring.
Kepala Divisi Pengendalian Produk Tembakau di Departemen Pengendalian Penyakit Thailand, Chayanan Sitthibutr menyatakan keprihatinannya atas tren penggunaan rokok elektronik yang mengkhawatirkan di kalangan siswa kelas tiga di provinsi Sakhon Nakhon.
Produk-produk ini mudah didapat, baik di toko fisik maupun daring, dengan harga mulai dari seratus baht (sekitar Rp43 ribu), kata dia.
Ia mengatakan terdapat tren yang mengkhawatirkan dalam mengembangkan produk berbentuk kartun untuk menarik minat anak-anak sekolah, sehingga menyebabkan semakin banyak anak muda yang ingin menggunakan produk-produk tersebut
Sumber:TNA-OANA
Baca juga: Berbagi rokok, beberapa teman di Thailand tertular corona
Baca juga: Bea Cukai amankan 10 juta batang rokok ilegal asal Thailand
Pabrik kembang api meledak di Thailand, 17 orang tewas
Penerjemah: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024
