"Ini adalah inisiatif FPI mengingat krisis antara Israel dan Lebanon bukan hanya masalah agama (Islam dan Yahudi), tapi juga masalah kemanusiaan," kata Sholeh Mahmud Nasution.
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 2.000 laskar jihad dari Front Pembela Islam (FPI) siap berangkat ke Lebanon dan Palestina untuk bertempur bersama laskar Hizbullah melawan Israel, kata Ketua Tim Monitoring Mujahiddin FPI, Sholeh Mahmud Nasution, di Jakarta, Selasa. "Sekitar 2.000 laskar `mujahiddin` itu adalah bagian dan Komite Pembebasan Al-Aqsa (KPA) yang telah dibentuk sejak tahun 2002," katanya. Bahkan, ujarnya, FPI telah mengirimkan 20 sukarelawannya untuk bertempur bersama pasukan Hizbullah di Lebanon lima hari yang lalu. "Ini adalah inisiatif FPI mengingat krisis antara Israel dan Lebanon bukan hanya masalah agama (Islam dan Yahudi), tapi juga masalah kemanusiaan," katanya. Sholeh mengatakan, 20 sukarelawan itu telah tiba di Lebanon melalui Kuala Lumpur (Malaysia), Damaskus (Suriah), kemudian masuk ke Lebanon melalui jalan darat. Laskar mujahiddin yang mayoritas berasal dari Jakarta dan Slawi, Jawa Tengah, itu juga telah dibekali pelatihan selama empat tahun secara mental, keihklasan dan strategi perang, katanya. Dia mengatakan para laskar mujahiddin FPI kini telah sampai ke Lebanon dan tengah melakukan pelatihan oleh laskar Hizbullah mengenai pengenalan dan stetegi medan perang di Lebanon selama tujuh hari. Mereka berkomunikasi dengan markas FPI setiap tiga hingga lima hari sekali, katanya. Dia mengatakan, FPI menyadari bahwa Pemerintah Indonesia tak setuju dengan pengiriman sukarelawan tersebut. Karena itu FPI akan bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi pada nasib mereka. "Kami menyadari pengiriman Laskar Jihad FPI akan mengundang kontrovensi dari Pemerintah. Tapi apapun yang terjadi para sukarelawan tersebut mengaku siap untuk mati sebagai syuhada," katanya. Namun, dia mengatakan, ia belum bisa memastikan kapan FPI akan memberangkatkan sukarelawannya lagi karena masalah biaya. "Keberangkatan ke Lebanon membutuhkan biaya sekitar Rp15 juta hingga Rp20 juta per orang sehingga kami baru bisa mengirim 20 sukarelawan yang semuanya dibiayai dari uang mereka sendiri," katanya. Sholeh selanjutnya mengatakan, pihaknya masih terus menerima kedatangan para calon sukarelawan baru dari luar Jakarta untuk mendaftar sebagai Laskar Jihad. Tapi dia mengatakan markas besar FPI secara resmi tidak membuka pendaftaran. "Memang kami akui beberapa hari setelah penyerangan Israel ke Lebanon, saudara-saudara kami di daerah mulai merapatkan barisan," katanya. Sebelumnya, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto awal pekan ini mengatakan, pihaknya tidak bertanggung jawab atas pengiriman pasukan sipil, Laskar Jihad dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya ke Lebanon karena mereka bukan bagian dari TNI. Hal senada juga dikatakan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Desra Percaya, bahwa Pemerintah Indonesia tidak melarang Warga Negara Indonesia (WNI) yang berniat pergi ke Timur Tengah untuk membantu perjuangan rakyat Palestina dan Lebanon karena hal tersebut adalah hak setiap WNI. Tapi, pemerintah juga tidak menganjurkan kepergian semacam itu, katanya. Menurut catatan ANTARA News, dalam dua pekan pasca-agresi Israel ke Lebanon, tercatat 44 orang WNI yang mendaftar sebagai calon laskar mujahid di Sumatera Barat yang akan dikirim oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) ke Palestina dan Lebanon untuk berjihad membantu kaum muslim melawan agresi biadab militer Israel. Dari Pontianak, Kalimantan Barat, dilaporkan sekitar 3.000 Laskar Bom Jihad dari berbagai daerah di Tanah Air menggelar apel kesiapan di Lapangan Alun Kapuas, Pontianak. Hingga kini sudah ada 72 anggota Laskar Bom Jihad yang diberangkatkan ke Lebanon dan Palestina atas biaya seorang pengusaha Malaysia.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006