Manila (ANTARA) - Filipina masih kesulitan menurunkan harga beras meski pasokan untuk kebutuhan pokok nasional melimpah, kata seorang pejabat pertanian Filipina pada Jumat (16/2).

Undersecretary Pertanian Filipina Roger Navarro mengatakan bahwa negara itu memiliki pasokan beras yang cukup berkat panen raya tahun lalu dan tambahan impor pada Januari.

"Namun, sulit untuk menurunkan harga karena harga gabah, bahkan di negara-negara pengekspor beras seperti Vietnam dan Thailand, pemasok beras utama Filipina, juga mengalami kenaikan sampai 48 peso (1 peso Filipina = Rp278) dan 52 peso per kilo," jelas Navarro.

"Tantangannya bukan pada harga beras, tetapi lebih pada menstabilkan pasokan," imbuh Navarro.

Dia mengungkapkan bahwa warga Filipina mengonsumsi sekitar 37.000 metrik ton beras setiap hari dan harus mengimpor sekitar 300.000 ton setiap bulannya untuk melengkapi produksi lokal.

Inflasi beras naik menjadi 22,6 persen pada Januari dari 19,6 persen pada Desember tahun lalu.
 
  Seorang pedagang menjual beras di pasar di Kota Quezon, Filipina pada 6 September 2023. (Xinhua/Rouelle Umali)  

 Per Rabu (14/2), kata Navarro, Filipina telah mengimpor 590.000 metrik ton yang akan melengkapi produksi lokal ketika musim panen dimulai dalam beberapa bulan mendatang

Dia mengatakan bahwa menekan harga beras masih menjadi tantangan, terutama karena permintaan meningkat akibat larangan ekspor beras non-basmati oleh India dan kekhawatiran akan pasokan akibat El Nino serta kian tingginya biaya pupuk dan input pertanian lainnya.

Tahun lalu, Filipina memanen 20,06 juta metrik ton beras, mengurangi volume impor menjadi sekitar 3,5 juta metrik ton dari 3,8 juta metrik ton pada 2022.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024