Gaza (ANTARA) - Kelompok pejuang Hamas menyebut rencana Israel untuk membatasi akses warga Palestina ke Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadhan sebagai cerminan kekejian Zionis dan perang agama yang dilancarkan oleh elemen radikal Pemerintah Israel terhadap rakyat Palestina.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Minggu (18/2), Hamas mengkritisi sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyetujui seruan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir untuk melarang warga Palestina memasuki Al Aqsa selama Ramadhan.

Hamas menyebut rencana itu merupakan “pelanggaran kebebasan beribadah” di masjid suci tersebut.

Pengumuman itu, menurut Hamas, juga menunjukkan niat Israel untuk meningkatkan serangannya terhadap Masjid Al Aqsa selama Ramadhan.

Hamas menyeru warga Palestina di Yerusalem, Tepi Barat, dan Israel untuk menolak dan melawan "keputusan kriminal" Israel tersebut, serta mendesak mereka untuk berbondong-bondong menuju ke Masjid Al Aqsa.

Channel 13 Israel melaporkan sebelumnya bahwa meskipun ada peringatan dari badan keamanan dalam negeri Israel (Shin Bet) bahwa akan ada bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di Israel, Netanyahu menyetujui pembatasan akses masuk warga Palestina ke Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.

Hanya segelintir warga Palestina yang akan diizinkan memasuki masjid tersebut selama bulan tersebut.

Baca juga: Sudah enam pekan warga Palestina dicegat salat Jumat di Al-Aqsa

Anggota kabinet masa perang Israel, Benny Gantz, mengatakan di akun media sosialnya bahwa “pembatasan akan diberlakukan di Masjid Al Aqsa selama Ramadhan, tetapi belum jelas apa yang akan dilakukan.”

Pembatasan tersebut, menurut Shin Bet, dapat memicu kerusuhan yang lebih besar dari yang terjadi di Yerusalem, Tepi Barat, dan daerah sekitarnya pada 1948 saat pembentukan Israel dideklarasikan.

Sejak serangan Israel ke Jalur Gaza Oktober tahun lalu, polisi Israel terus membatasi akses Masjid Al Aqsa bagi masyarakat Palestina di Israel, khususnya bagi mereka yang mengikuti ibadah Shalat Jumat.

Meski demikian, sekitar 25 ribu warga Palestina berhasil masuk Masjid Al Aqsa pada 16 Februari lalu, untuk mengikuti Shalat Jumat pertama di masjid tersebut sejak serangan Israel berlangsung.

Pembatasan Shalat Jumat di Masjid Al Aqsa dari Oktober 2023 hingga Jumat kemarin menjadi yang terlama sepanjang sejarah, menurut seorang pejabat Dinas Wakaf Muslim di Yerusalem yang tidak disebutkan namanya.

Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan hampir 29 ribu rakyat Palestina. Sementara itu, sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas akibat serangan Hamas.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serbuan Israel itu menyebabkan 85 persen populasi Gaza terusir dari tempat tinggal mereka, 60 persen infrastruktur Gaza rusak dan hancur, serta makanan, air bersih, dan obat-obatan menjadi sangat langka.


Sumber: Anadolu
Baca juga: Israel akan hadang warga Palestina ke Masjid Al Aqsa saat Ramadhan
Baca juga: Masjid Al-Aqsa nyaris kosong di Jumat ke-17 akibat pembatasan Israel
Baca juga: Pemukim Israel paksa masuk kompleks Masjid Al-Aqsa

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024