Orang tua yang memperlakukan dan menganggap putra dan putrinya secara setara akan memberikan banyak pengaruh bagi anak di dunia kerja ketika mereka menjadi pemimpin
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPUI) Prof Corina D Riantoputra mengatakan orang tua yang memperlakukan anak laki-laki dan perempuan dengan setara akan meningkatkan kemampuan anak perempuannya untuk menjadi pemimpin pada masa depan.

"Orang tua yang memperlakukan dan menganggap putra dan putrinya secara setara akan memberikan banyak pengaruh bagi anak di dunia kerja ketika mereka menjadi pemimpin," kata Corina Riantoputra dalam webinar bertajuk "Women's Leadership in Science and Research", di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, seorang anak perempuan yang diberikan kepercayaan yang setara oleh orang tuanya lebih tangguh dalam menghadapi tantangan. Sebaliknya anak perempuan yang dianggap lebih rendah dibandingkan anak laki-laki cenderung lemah saat menjadi pemimpin.

"Mereka yang orang tuanya memperlakukan perempuan sebagai orang yang kurang penting, warganegara kelas dua, cenderung menerima posisi kepemimpinan karena mereka harus melakukannya, tetapi mereka tidak memiliki kekuatan di dalam diri mereka," kata Corina Riantoputra.

Baca juga: KPPPA: Perempuan harus diberi ruang peran strategis dalam pembangunan
Baca juga: Bintang: Perempuan hebat terbentuk dari lingkungan bebas kekerasan


Corina juga menyoroti banyaknya perempuan yang memiliki konflik identitas saat menjadi pemimpin.

"Mereka merasa memiliki identitas sebagai perempuan sekaligus identitas sebagai pemimpin adalah suatu hal yang bertentangan," kata Corina Riantoputra.

Namun menariknya dalam penelitian yang dilakukannya, Corina Riantoputra menemukan perempuan yang berkarir di bidang teknik tidak mengalami hal tersebut. Mereka percaya mempunyai hak dan tanggung jawab dalam pekerjaannya serta mampu menjadi pemimpin dalam organisasinya.

Oleh karena itu ia mendorong pemberdayaan perempuan sehingga mereka tidak mengalami konflik identitas saat menjadi pemimpin.

"Kita melihat identitas sebagai pemimpin ini sebagai faktor pendorong bagi perempuan untuk bertumbuh, mencari peran, berkembang, berkontribusi untuk masyarakat. Konflik identitaslah yang membuat mereka merasa bersalah jika harus menyisihkan waktu dan tenaga mereka sebagai pemimpin," kata Corina Riantoputra.

Baca juga: KPPPA: Kepemimpinan perempuan di sektor keuangan dukung ekonomi tumbuh
Baca juga: Kementerian PPPA latih kader perempuan pemimpin mulai dari desa


 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024