Ada baiknya kalian mulai membangun boundaries (batasan), bukan berarti harus dihindari terus-terusan
Jakarta (ANTARA) - Spesialis kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Persahabatan dr Alvinia Hayulani, SpKJ mengatakan batasan antara seseorang dan orang rumah atau keluarga yang abusif dan diskriminatif perlu dibuat guna menjaga ketenangan diri.

Hal tersebut dia ungkapkan sebagai respon dari pertanyaan mengenai cara untuk selalu berpikir positif meski pemicu (trigger) negatif selalu berada dekat, misalnya orang di rumah atau keluarga.

"Ada baiknya kalian mulai membangun boundaries (batasan), bukan berarti harus dihindari terus-terusan. Apalagi ini kan keluarga sendiri, apalagi itu untuk ada yang serumah tadi ya," ujar dr Alvinia dalam talkshow Keluarga Sehat bertema "Berpikir Positif untuk Mental yang Sehat" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan setelah mengidentifikasi pemicu pikiran-pikiran negatif, misalnya kakak atau anggota keluarga lain, maka perlu membuat batasan, agar interaksinya minimal. Selain itu upaya untuk membangun pemikiran positif juga perlu dilakukan.

"Sering-sering beri afirmasi positif, self-talk ke diri sendiri," ujarnya.

Baca juga: Dokter: Berpikir positif dapat menyehatkan tubuh

Dia menilai perkataan-perkataan dari anggota keluarga tersebut yang dirasa tidak benar tidak perlu dimasukkan ke pikiran, karena jika dipikirkan, bisa berujung negatif.

Seseorang, ujarnya, perlu memiliki skala prioritas, untuk memikirkan mana yang penting dan menyingkirkan yang tidak perlu.

Dalam kesempatan itu, dokter tersebut juga menjelaskan sejumlah cara untuk tetap berpikir positif meski situasi buruk. Yang pertama adalah dengan mengambil jeda dan memroses semua emosi yang muncul. Misalnya, apabila merasa kesal, marah, atau ingin menangis. "Ketika saat itu rasanya memang kita sedih, ya udah proses rasa sedihnya. Ketika ingin menangis, ya menangis. Ketika lagi kesel, kita kesel. Ketika kita sedang marah, ya udah terima rasa marahnya," ujarnya.

Setelah semua emosi dikeluarkan, selanjutnya adalah dengan melepaskan segala hal yang di luar kontrol, dan berfokus pada hal-hal yang masih bisa dikendalikan, misalnya pikiran sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan afirmasi-afirmasi positif pada diri sendiri.

Selain itu, ujarnya, pemikiran positif juga dapat dibangun dengan bergabung dalam lingkungan pergaulan yang dipenuhi orang-orang berpikiran positif.

Adapun sejumlah kegiatan-kegiatan relaksasi, yang dapat menumbuhkan pemikiran seperti itu, ujarnya, adalah meditasi, yoga. Menurutnya, cara termudah adalah dengan menarik nafas,agar dapat menjadi rileks dan tenang, sehingga dapat berpikir jernih.

Baca juga: Dokter jelaskan faktor penyebab dan gejala kanker pada anak
Baca juga: Pakar paparkan 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian susu anak


Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024