Jakarta, 25 September 2013 (ANTARA) -- Indonesia merupakan produsen South Sea Pearl atau mutiara laut selatan terbesar di dunia dengan memasok 43% kebutuhan dunia. Sedangka nnilai perdagangan Indonesia menempati urutan ke-9 dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 29.431.625 atau 2,07% dari total nilai ekspor mutiara di dunia yang mencapai US$ 1.418.881.897. Posisi ini menempatkan Indonesia di bawah Hongkong, China, Jepang, Australia,Tahiti, USA, Swiss dan Inggris. Negara tujuan ekspor mutiara Indonesia adalah Jepang, Hongkong, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru dan Perancis. Demikan disampaikan Saut P. Hutagalung, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Rabu (25/09).

     Nilai ekspor mutiara tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara mengembangkan dan memperkuat program pemasaran. Untuk itu pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan  stakeholders akan terus melakukan upaya-upaya terobosan melalui promosi yang intensif seperti yang dilaksanakan dalam  kegiatan Indonesian Pearl Festival 2013 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing mutiara Indonesia dan meningkatkan kinerja ekspor mutiara Indonesia. “Namun banyaknya mutiara air tawar, mutiara imitasi, mutiara tiruan/buatan serta manik-manik yang masuk dan diperdagangkan di wilayah Republik Indonesia sangat merugikan citra South Sea Pearl SSP Indonesia,” jelasnya.
 
     Mutiara merupakan salah satu komoditas unggulan KKP yang bernilai ekonomis tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang akan dating. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan permintaan perhiasan dari mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan penghasil mutiara South Sea Pearl (SSP) yang berasal dari kerang Pinctada maxima baik dari alam maupun hasil budidaya. Sentra pengembangan Pinctada maxima di Indonesia tersebar di beberapa daerah yaitu Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. “SSP Indonesia memiliki keunikan, berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat digemari di pasar internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan jewelery,” jelasnya.

     KKP optimis meningkatkan nilai ekspor mutiara Indonesia mengingat Indonesia memiliki dan menguasai faktor-faktor pendukung, seperti areal budidaya, tenaga kerja, peralatan pendukung dan teknologi. Untuk merealisasikan target tersebut KKP  telah melakukan 6 dukungan. Diantaranya, pembangunan Broodstock Center kekerangan di Karang Asem, Bali. membentuk Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi di bawah Ditjen P2HP. KKP juga membentuk Sub Komisi Mutiara Indonesia pada Komisi Hasil Perikanan di bawah koordinasi Ditjen P2HP. Selanjutnya, KKP akan mendorong terbitnya Standar Nasional Indonesia (SNI) mutiara yang sekarang telah terbit (SNI 4989:2011). Terbitnya SNI mutiara (SNI 4989:2011) harus digunakan sebagai dasar dalam menyusun Standar Operating Procedure Grading mutiara dan akan ditindak lanjuti dengan membuat Indonesia Quality Pearl Label (IQPL). “Selanjutnya, KKP Mempromosikan SSP Indonesia melalui penyelenggaraan IPF setiap tahun bekerjasama dengan ASBUMI,” ungkapnya.



     Indonesian Pearl Festival

     Indonesian Pearl Festival (IPF) merupakan event tentang mutiara South Sea Pearl sebagai komoditi unggulan Indonesia. Tujuan Penyelenggaraan Indonesian Pearl Festival di antaranya, mempromosikan dan mengenalkan mutiara SSP Indonesia kepada masyarakat. Kedua, membangun International  Branding SSP Indonesia, mengembangkan jaringan pemasaran antar pelaku usaha SSP Indonesia serta membangun jejaring pemasaran melalui sinergi antar pelaku usaha SSP Indonesia. “Fungsi selanjutnya, menjamin kontinuitas dan kualitas pasokan SSP Indonesia serta menghimpun masukan dari pelaku usaha SSP Indonesia sebagai bahan regulasi pemasaran, dan memberikan edukasi tentang mutiara kepada pemakai dan pencinta mutiara SSP Indonesia,” katanya.

     Dalam rangka penguatan branding South Sea Pearl Indonesia di pasar internasional, KKP juga telah mendorong terbitnya buku Indonesian South Sea Pearls yang ditulis oleh Ibu Ingrid Mutiara Sutardjo dan Ibu Nunik Anurningsih pada penyelenggaraan kegiatan APEC’s Women Inspiring Program tanggal 6 – 7 September 2013 yang dihadiri oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu Linda Amalia Sari, S.IP dan Kimora Lee Simmons serta dihadiri oleh 21 Kepala Delegasi dan Delegasi Wanita APEC setingkat menteri sektoral atau pejabat tinggi. “Sebagai rangkaian kegiatan Indonesian Pearl Festival 2013, pada hari Kamis besok tanggal 3 Oktober 2013 juga akan dilakukan Peluncuran buku Indonesian South Sea Pearls,” tutupnya.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013