Lebak (ANTARA) -
 
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Banten, mencatat pada awal 2024 empat pasien demam berdarah dengue (DBD) meninggal dunia dan 610 orang lainnya menjalani perawatan medis di sejumlah fasilitas kesehatan di daerah itu.
 
"Kami minta warga mewaspadai penyebaran DBD pada musim hujan, karena nyamuk aedes aegypti berkembang biak," kata Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak dr Budi Mulyanto di Lebak, Rabu.
 
Menurut dia, kasus DBD di Kabupaten Lebak cukup tinggi, karena berdasarkan laporan tanggal 15 Februari 2024 tercatat empat orang meninggal dunia dan 610 orang menjalani perawatan di sejumlah fasilitas kesehatan di daerah itu.

"Meskipun demikian, merebaknya kasus DBD tersebut tidak ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB), karena telah dilakukan penanganan dan pengobatan secara komprehensif dengan melibatkan semua pelayanan kesehatan dan komponen masyarakat," katanya.

Baca juga: Dinkes Lebak: Cegah penyebaran DBD dengan PHBS

Ia juga mengajak masyarakat agar lebih berperan aktif secara mandiri untuk melakukan gotong royong di lingkungan permukiman dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
 
Kegiatan PSN itu dengan 3M (Mengubur, Menguras, dan Menutup) barang-barang bekas dan menaburkan bubuk larvasida di bak mandi yang terdapat genangan air di dalam lingkungan rumah.
 
Selain itu, juga melaksanakan kebersihan lingkungan sehingga nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak.
 
Selama ini, kata Budi, kegiatan PSN dinilai lebih murah dan efektif, karena secara langsung dapat memutuskan mata rantai penyebaran kasus DBD.
 
Oleh karena itu, ia minta masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman agar rutin setiap pekan melaksanakan kegiatan PSN untuk mematikan jentik-jentik nyamuk sehingga tidak berkembang biak.
 
Selain itu, ia juga berkolaborasi dengan aparat kecamatan, desa/kelurahan hingga RW/RT setempat untuk membudayakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Baca juga: Dinkes Bangka Selatan minta warga terapkan 3M plus cegah DBD
 
"Kami menginstruksikan seluruh petugas puskesmas agar mengoptimalkan penyuluhan dan edukasi untuk pencegahan DBD guna membangun kesadaran masyarakat pentingnya gotong royong melakukan kegiatan PSN," kata Budi.
 
Camat Rangkasbitung Zakaria mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan puskesmas serta masyarakat untuk pencegahan kasus DBD dengan menghidupkan kegiatan PSN di lingkungan premukiman juga membudayakan PHBS.
 
"Selama ini kasus DBD di wilayahnya cukup tinggi, dan berdasarkan laporan Puskesmas Rangkasbitung terdapat 50 kasus, Puskesmas Mekarsari 46 kasus, serta Puskesmas Kolelet 8 kasus dan 1 kasus meninggal dunia.
 
Sementara itu, Utep (35) warga Pariuk, Kecamatan Kalanganyar mengatakan dirinya terpaksa membawa anaknya yang berusia 7 tahun untuk menjalani perawatan medis di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung.

Baca juga: Dinkes OKU Timur catat 188 kasus DBD
 
Selama ini pelayanan rumah sakit daerah setempat cukup baik, mulai dari ruangan Unit Gawat Darurat (UGD), ruangan perawatan sampai standar penanganan medis.
 
"Alhamdulillah, kondisi anak saya  yang positif teridentifikasi DBD dan menjalani perawatan selama satu pekan di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung sudah sembuh," kata Utep.

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024