Depok (ANTARA) - Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) berkolaborasi dengan Universitas Gunung Kidul (UGK) melakukan sosialisasi hasil Inventarisasi Potensi Bencana Alam Tanah Longsor di Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) UI Adi Wibowo di Depok, Rabu, mengatakan inventarisasi potensi bencana alam tanah longsor tersebut dilakukan dengan mengamati kondisi fisik lingkungan dan didukung data kejadian longsor dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah  (BPBD) sejak tahun 2013 hingga 2023, guna merumuskan permasalahan di Kecamatan Gedangsari baik dari segi kondisi fisik maupun sosial masyarakat.

Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan peta dari variabel-variabel penentu untuk menunjukkan daerah rawan bencana dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tanah longsor.

Hasil pemetaan dan penelitian yang telah dilakukan, lanjut Adi, dipaparkan kepada tokoh masyarakat Gedangsari serta instansi terkait sebagai bahan diskusi dalam menentukan langkah strategis untuk membantu masyarakat menghadapi bencana tanah longsor.

Baca juga: UI kembangkan pendeteksi longsor jarak jauh

Pihaknya fokus pada upaya antisipasi dan adaptasi masyarakat terhadap bencana alam, khususnya tanah longsor. "Kami menekankan pentingnya pemahaman kondisi tempat tinggal dan strategi adaptasi sebagai langkah proaktif dalam menghadapi bencana alam," ujarnya.

Meskipun masyarakat Kecamatan Gedangsari memiliki pengalaman dalam menghadapi tanah longsor, tapi menurutnya, masih tetap diperlukan peninjauan terhadap kebijakan pemerintah dan sistem peringatan dini guna meningkatkan kapasitas bencana di wilayah tersebut.

Anggota tim Astrid Damayanti menambahkan sebagai salah satu upaya mitigasi bencana oleh pemerintah daerah (pemda) diperlukan buku potensi desa tentang bencana.

Berdasarkan hasil penelitian, kata dia, pada dasarnya seluruh desa di Kecamatan Gedangsari telah melakukan seluruh jenis strategi adaptasi dengan persentase penggunaan strategi yang berbeda. Desa yang lebih unggul dalam menghadapi tanah longsor menggunakan strategi ekonomi dan sosial yang kuat, seperti di Desa Serut dan Desa Hargomulyo.

Dengan demikian, lanjutnya, kegiatan pada tingkat kelompok sangat membantu para individu untuk memiliki strategi yang lebih dalam menghadapi tanah longsor dan tidak hanya mengandalkan dirinya sendiri.

Baca juga: SAR Satlinmas Gunung Kidul pasang rambu-rambu rawan longsor
Baca juga: Potensi longsor besar, BPBD Gunung Kidul imbau masyarakat waspada

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024