Strateginya adalah bagaimana kita melakukan diversifikasi ekspor...
Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar ekspor.

Hal itu bertujuan untuk menekan dampak melambatnya perekonomian sejumlah mitra dagang utama, seperti China dan Jepang, terhadap kinerja ekspor nasional.

“Strateginya adalah bagaimana kita melakukan diversifikasi ekspor, dengan melihat negara-negara yang masih memiliki potensi untuk tumbuh, misalnya India serta sebagian kawasan Afrika Utara,” kata Bhima kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Pasalnya, bila kinerja ekspor melambat, maka akan berdampak pada kinerja neraca perdagangan yang kemudian mempengaruhi fluktuasi nilai tukar rupiah. Implikasi lanjutannya, cadangan devisa akan tersedot lantaran digunakan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar sepanjang tahun.

Untuk memperluas pasar ekspor, Bhima menyebut perlu adanya kerja yang lebih penetratif dan inovatif dari kedutaan besar atas perdagangan dan pelaku industri ekspor, sehingga mereka bisa membaca peluang diversifikasi pasar dan produk unggulan Indonesia.

“Tentunya yaitu produk-produk yang di luar komoditas olahan primer,” tutur Bhima.

Sementara itu, pemerintah tengah berupaya menyelesaikan berbagai perundingan dagang dalam perdagangan internasional untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi di Jepang.

Menurut Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Satgas Peningkatan Ekspor tengah berfokus memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian khususnya Indonesia-EU CEPA.

Satgas juga mengupayakan peningkatan ekspor terhadap 12 negara baru prioritas tujuan ekspor Indonesia, yaitu Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam.

Dia menyebutkan bahwa komoditas ekspor yang akan diprioritaskan ke negara-negara tersebut adalah kan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, serta bungkil dan pakan ternak.

Semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan juga termasuk dalam produk prioritas ekspor tersebut.

Kendati begitu, Susiwijono memastikan perekonomian Indonesia masih resilien dengan capaian pertumbuhan yang solid di tengah disrupsi ekonomi global akibat ancaman resesi Jepang.

Baca juga: CORE: Pelambatan ekonomi AS-China berdampak besar bagi perekonomian RI
Baca juga: Wamendag Jerry sebut hiliriasi bukan penyebab penurunan ekspor


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024